Jakarta, FORTUNE - Banyak penduduk di berbagai negara berharap Ramadan kali ini akan membawa suasana lebih ceria setelah pandemi Covid-19. Namun, invasi Rusia ke Ukraina mutlak membuat harga kebutuhan hidup menjadi lebih mahal. Dampaknya turut dirasakan muslim di Afrika dan Timur Tengah, mereka harus berhemat menghadapi bulan suci Ramadan.
Dari Lebanon hingga Tunisia dan Somalia, umat Islam yang biasanya berbuka puasa dengan sajian makanan yang bervariasi, kini harus berjuang untuk mendapatkan kebutuhan pokok yang paling mendasar lantaran melonjaknya harga pangan dan bahan bakar.
"Lonjakan harga mempengaruhi dan merusak semangat Ramadan," kata Sabah Fatoum, seorang penduduk Jalur Gaza yang diblokade Israel, di mana harga kebutuhan pokok telah naik hingga 11 persen, menurut pihak berwenang Palestina, dilansir dari AFP, Senin (4/4).
"Kami mendengar bahwa harga akan naik lebih tinggi lagi ... menjadi beban bagi orang-orang," kata pria berusia 45 tahun itu kepada AFP, menjelang bulan suci yang akan dimulai pada akhir pekan ini.
Rusia dan Ukraina yang memiliki daerah penghasil biji-bijian merupakan salah satu lumbung pangan utama dunia. Dua negara ini juga menyumbang sebagian besar kebutuhan dunia dalam beberapa komoditas, seperti gandum, minyak sayur, dan jagung.
Gangguan arus ekspor akibat invasi Rusia dan sanksi internasional menimbulkan kekhawatiran akan krisis kelaparan global, terutama di Timur Tengah dan Afrika. Dampaknya pun mulai terasa.