Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Apa Itu Modus Manipulasi Pump and Dump dalam Investasi Aset Kripto?

ilustrasi trading (unsplash.com/Austin Distel)

Jakarta, FORTUNE – Dunia investasi termasuk aset kripto takkan terlepas dari risiko manipulasi, salah satunya pump and dump atau lebih populer dikenal dengan istilah pompom. Praktik tersebut merupakan salah satu bentuk skema manipulasi pasar. Investor perlu mengetahui risiko ini agar terhindar dari kerugian.

Secara istilah, pump memiliki arti memompa, dan dump berarti membuang. Dalam praktiknya, pompom merujuk kepada siklus lonjakan harga aset kripto, tapi tidak lama kemudian nilainya turun tajam, sebagaimana dilansir dari laman Pintu.

Mengapa kondisi demikian dapat terjadi? Ketika banyak trader melakukan aksi beli, maka permintaan terhadap aset kripto tertentu akan meningkat, dan harganya naik. Namun, setelah harga itu naik, para trader menjual aset tersebut sehingga harganya langsung turun.

Nah, para trader yang melakukan aksi pump and dump ini merupakan kelompok yang berkepentingan. Mereka bertujuan untuk melakukan manipulasi pasar dengan “memompa” ataupun mendorong permintaan terhadap suatu aset sehingga menaikan harganya. Namun, ketika harga itu sudah sesuai dengan target, maka mereka akan menjual aset tersebut.

Masalahnya, siklus pompom ini hanya berlangsung dalam sebentar bahkan bisa dalam hitungan detik, demikian situs web Zipmex. Tentunya ini akan merugikan trader yang tidak mengetahui bahwa nilai aset kriptonya tengah dimanipulasi.

Cara kerja pump and dump

ilustrasi Kripto (unsplash.com/ Pierre Borthiry Peiobty)

Menurut laman Luno, pompom adalah skema manipulatif yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk menaikkan harga aset kripto dengan membuat rekomendasi yang tidak benar dan menyesatkan ataupun informasi palsu.

Pelaku pompom biasanya menyebarkan rekomendasi yang salah atau informasi palsu itu untuk memompa agar harga sebuah aset kripto mengalami kenaikan. Lalu, ketika nilai aset tersebut sudah melambung tinggi, mereka akan langsung menjualnya.

Setelah para pelaku tersebut selesai dengan aksi jualnya, mereka akan berhenti memperjualbelikan aset tersebut, dan harga aset pada gilirannya akan anjlok drastis. Akibatnya, investor yang ikut-ikutan untuk membeli saat harganya sedang tinggi, akan mengalami kerugian.

Dalam banyak kasus, para pelaku ini akan menargetkan aset kripto baru yang tidak populer, termasuk token yang baru dirilis melalui Initial Coin Offering (ICO). Para pelaku sengaja memilih aset dengan karakter tersebut demi menghindari pengeluaran yang lebih banyak dalam melakukan pompom.

Mereka juga akan cenderung menghindari melakukan pompom pada aset kripto dengan kapitalisasi besar seperti Bitcoin.

Cara menghindari pompom kripto

Shutterstock/Wit Olszewski

Investor perlu menghindari pompom agar terhindar dari kerugian. Modus tersebut bisa dikenali ketika ada aset kripto yang tidak begitu populer, namun harganya melonjak tajam. Kenaikan harga itu biasanya tidak berdasar pada sentimen ataupun alasan yang pasti, sebagaimana dilansir dari laman Zipmex.

Investor juga mesti mewaspadai penawaran investasi aset kripto yang tidak jelas. Dalam hal ini, pelaku pompom memiliki banyak cara untuk menyampaikan informasi yang memuat rekomendasi aset, mulai dari unggahan di media sosial, komentar, dan bahkan pesan langsung.

Lantas, strategi terbaik untuk menghindari skema pompom adalah dengan melakukan riset secara mendalam sebelum memutuskan berinvestasi pada aset kripto tertentu.

Investor bisa mencari informasi seputar prospek aset kripto terkait dalam jangka panjang, tim pengembang di baliknya, total aset yang akan beredar, pergerakan harga dari tahun ke tahun, reputasi, dan lain-lain.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
Luky Maulana Firmansyah
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us