Apple Jajaki Opsi AI Ganti Google di Safari, Ancam Kesepakatan Jumbo

- Apple berencana menggantikan Google sebagai mesin pencari default di Safari.
- Eddy Cue menyatakan mesin pencari AI belum dapat menggantikan Google.
- Hakim mencari kesaksian untuk memutuskan penalti pada Google.
Jakarta, FORTUNE - Apple Inc. tengah menjajaki kemungkinan besar untuk mengganti mesin pencari default Google para peramban Safari dengan opsi bertenaga kecerdasan buatan (AI). Langkah potensial ini dipicu oleh pergeseran perilaku pengguna yang semakin beralih ke AI untuk mencari informasi dan berpotensi mengguncang kesepakatan finansial bernilai miliaran dolar antara kedua raksasa teknologi tersebut. Nama-nama seperti OpenAI dan Perplexity disebut-sebut menjadi kandidat opsi pencarian AI yang dipertimbangkan.
Pergeseran preferensi pengguna menjadi alasan utama Apple mempertimbangkan perubahan fundamental ini.
Senior Vice President Services Apple, Eddy Cue, menyatakan volume pencarian melalui Safari mencatat penurunan pertama kalinya pada April lalu. Pihaknya memperkirakan, tren ini disebabkan oleh semakin banyaknya pengguna yang beralih memanfaatkan AI sebagai alat pencarian informasi, meninggalkan mesin pencari tradisional seperti Google.
Meski demikian, Cue menyadari saat ini opsi pencarian AI tersebut belum sempurna.
“Sampai saat ini, opsi tersebut belum cukup baik,” demikian keterangan Eddy, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (8/5).
Informasi mengenai rencana Apple menjajaki AI search ini terungkap secara luas saat Eddy memberikan kesaksian di pengadilan federal Washington. Cue hadir sebagai saksi dalam kasus dugaan praktik monopoli ilegal yang dilakukan Google di pasar pencarian daring.
Saat ini, hakim tengah mencari kesaksian untuk memutuskan penalti atau hukuman yang pantas diberikan kepada Google setelah dinyatakan bersalah.
Setelah persidangan pada 2023, Hakim Amit Mehta memutuskan Google secara ilegal memonopoli pasar pencarian daring. Keputusan ini sebagian besar didasarkan pada perjanjian-perjanjian eksklusif, termasuk kesepakatan dengan Apple untuk menjadikan Google sebagai mesin pencari default di Safari.
Praktik Google membayar penyedia platform seperti Apple untuk posisi default inilah yang menjadi salah satu fokus utama dalam kasus gugatan hukum tersebut.
Gugatan hukum ini secara langsung mengancam model bisnis kedua perusahaan. Bagi Google, bisnis periklanannya sangat bergantung pada pengguna iPhone yang menggunakan mesin pencarinya melalui Safari. Namun, di sisi lain, gugatan ini juga berpotensi merugikan Apple secara finansial. Google dilaporkan membayar sekitar US$20 miliar per tahun kepada Apple, atau sekitar 36 persen dari pendapatan iklan pencarian Google, hanya untuk mempertahankan posisinya sebagai mesin pencari default di Safari.
Apabila kesepakatan ini terhenti dan Google tidak lagi menjadi opsi default, maka pendapatan signifikan Apple dari perjanjian tersebut akan ikut berkurang.
Departemen Kehakiman AS, sebagai penggugat dalam kasus ini, telah mengusulkan solusi konkret untuk menghentikan dominasi Google. Mereka menyarankan pelarangan bagi Google untuk membayar perusahaan-perusahaan agar menjadi mesin pencari default, termasuk kesepakatan dengan Apple.
Menariknya, dalam kesaksiannya di pengadilan, Eddy justru menyatakan keyakinannya bahwa Google seharusnya tetap menjadi opsi pencarian default di Safari. Ia beralasan Apple kemungkinan akan kehilangan pembagian pendapatan yang besar dari perjanjian kedua perusahaan tersebut jika status default itu dicabut.
Pernyataan ini menunjukkan dilema yang dihadapi Apple: mengeksplorasi masa depan pencarian AI sambil tetap mempertahankan kesepakatan default yang menguntungkan di tengah tekanan hukum.
Di sisi lain, Google sendiri tidak tinggal diam menghadapi pergeseran tren pencarian ke AI. Perusahaan ini telah menggelontorkan dana besar untuk mendanai upaya pengembangan AI dan mengumpulkan big data, terlebih setelah sempat dianggap kalah dalam "perlombaan AI" oleh para kritikus pasca-peluncuran ChatGPT yang menggemparkan pada akhir 2022.
Sebagai respons, Google bahkan memperkenalkan "mode AI" pada halaman pencariannya pada awal tahun ini, dengan tujuan mempertahankan jutaan penggunanya agar tidak sepenuhnya beralih ke model AI lainnya.