Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bank DBS Proyeksi AI Akan Kuasai Pasar di Kuartal II 2025

aplikasi artificial intelligence deepseek
DeepSeek, aplikasi chatbot AI asal Cina (play.google.com)
Intinya sih...
  • Bank DBS memproyeksikan AI akan mendominasi pasar global pada kuartal II 2024.
  • Peluncuran model bahasa DeepSeek pada Januari 2025 menandai perubahan lanskap AI dengan biaya yang lebih rendah.
  • Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook, menyatakan bahwa peningkatan akses terhadap teknologi AI canggih akan menjadi pusat gravitasi utama dalam transformasi digital global tahun 2025.

Jakarta, FORTUNE - Bank DBS memproyeksikan kecerdasan buatan (AI) akan mendominasi pasar global pada kuartal kedua 2024, dan menjadi faktor kunci yang mendorong percepatan adopsi teknologi ini secara global.

Salah satu momen penting yang menandai perubahan lanskap AI adalah peluncuran model bahasa DeepSeek pada Januari 2025. Model ini mencuri perhatian karena mampu menandingi performa model unggulan seperti ChatGPT-4o milik OpenAI, namun dengan biaya yang jauh lebih rendah. Kemampuan DeepSeek menunjukkan bahwa AI berkualitas tinggi kini tidak lagi menjadi domain eksklusif perusahaan teknologi besar.

Chief Investment Officer Bank DBS, Hou Wey Fook mengatakan AI tidak lagi sekadar topik masa depan, tetapi sudah menjadi bagian nyata dari strategi pertumbuhan berbagai perusahaan di kawasan ini. Dengan menurunnya biaya dan meningkatnya akses terhadap teknologi AI canggih, DBS memperkirakan, 2025 akan menjadi tahun penting bagi transformasi digital global, dengan AI sebagai pusat gravitasi utama.

"Berdasarkan biaya dan posisi di sektor ini terjadi peningkatan dari perusahaan teknologi besar," kata Fook dalam acara daring bertajuk Bertahan di Tengah Badai Tarif, Prospek Ekonomi Q2 yang diselenggarakan Bank DBS pada Rabu (9/4).

Selain itu, jika dicermati peningkatan pendapatan perusahaan-perusahaan teknologi berada di jalur pertumbuhan jangka panjang. Walau demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa peningkatan ini juga menunjukkan siklus tertentu.

Fenomena ini sempat memicu aksi jual di sektor teknologi, karena investor mulai mengkaji ulang valuasi perusahaan-perusahaan besar yang terdampak oleh potensi disrupsi ini. Namun, DBS melihat dampaknya dalam jangka panjang akan bersifat positif terhadap ekonomi secara keseluruhan.

Ia mencontohkan indeks "Magnificent Seven" atau tujuh perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat (AS) yang sempat jatuh hingga 35 persen dari titik tertingginya. Artinya, peningkatan tidak lagi semata-mata didorong oleh hype sesaat, melainkan bergerak menuju pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us