Jeff Bezos: Rahasia Sukses Amazon Adalah Rasa Takut Pada Pelanggan
Namun, sikap keras Bezos kontroversial di kalangan pekerja.
Jakarta, FORTUNE – Mantan bos Amazon yang juga salah satu orang terkaya dunia, Jeff Bezos, mengungkap rahasia suksesnya dalam berbisnis. Rasa takut atas pelayanan kepada para Pelanggan, menurutnya adalah salah satu kunci di balik kesuksesan usahanya,.
Dilansir dari Fortune.com, Bezos digambarkan sebagai pemimpin yang cukup keras kepada pegawainya, dengan memprioritaskan pelayanan bisnis e-commerce yang berorientasi kepada para pelanggan. Hal ini diterapkan sejak awal ia mulai memimpin Amazon 25 tahun silam dan membawanya mencapai puncak kesuksesan.
“Mereka (pegawai Amazon) tidak perlu takut terhadap pesaing; mereka seharusnya takut pada pelanggan kami karena mereka adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan kami,” kata Bezos seperti dikutip Fortune.com, Kamis (16/5). “Pelanggan adalah orang-orang yang mengirimi kami uang.”
Bezos mengungkapkan, pegawainya harus bangun dalam ketakutan pada kesalahan pelayanan yang dapat merugikan pelanggan. “Saya meminta semua orang di sini–Amazon–untuk bangun dengan ketakutan setiap pagi, (bila perlu) seprai mereka basah oleh keringat,” katanya.
Maksud dari pernyataan Bezos ini, mengacu pada pemahaman untuk tidak mudah berpuas diri dengan segala pencapaian. Ia tak ragu akan memuji karyawannya yang bekerja paling keras, paling berbakat, dan paling fokus pada pelanggan.
Amazon yang memulai bisnis toko buku online dan go public pada 1997–dengan harga IPO awal US$18 per saham, kini menjual sahamnya US$185,99 per saham. Hal ini menjadi salah satu faktor penting yang melambungkan Bezos menjadi salah satu prang terkaya di dunia dengan kepemilikan saham lebih dari US$200 miliar.
Kontroversial
Sikap obsesif pada pelayanan sempurna ini memang menguntungkan para pelanggan, namun tidak demikian bagi para pekerja. Bezos kerap dinilai keras dan tempramental dalam memimpin Amazon. “Saya percaya bahwa pelanggan kami setia kepada kami hingga orang lain menawarkan layanan yang lebih baik kepada mereka,” katanya.
Kontroversi demi kontroversi pun terjadi. Pola pikir Bezos mendapat kecaman seiring dengan pertumbuhan perusahaan dan kekayaan bersihnya. Pada 2015, New York Times merilis fitur eksplosif mengenai standar tinggi di Amazon yang mencakup, penerapan kerja lewat tengah malam, budaya perusahaan yang tegang, dan kurangnya keseimbangan kehidupan kerja demi gaji dan kepercayaan yang tinggi.
Pada 2023, tiga pengemudi Amazon mengajukan gugatan class action terhadap perusahaan tersebut karena mereka mengeklaim mengalami kondisi yang tidak manusiawi dan tidak diizinkan berhenti kerja sejenak untuk ke kamar mandi.
Permasalahan terus terjadi di dalam gudang, ketika Departemen Tenaga Kerja AS mengumumkan bahwa Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja menemukan para pekerja berada dalam kondisi yang mengkahwatirkan. “Mereka (Amazon) lebih mementingkan keuntungan,” kata mantan pekerja gudang Amazon, Michael Verrastro, kepada The Guardian tentang keselamatan karyawan.