TECH

Produsen Ponsel Pintar Cina Ini PHK Pekerja, Tapi Tak Bayar Pesangon

Black Shark menghadapi tantangan akuisisi.si bisnis.

Produsen Ponsel Pintar Cina Ini PHK Pekerja, Tapi Tak Bayar PesangonBagian belakang smartphone gaming Black Shark 2 Pro, perangkat ini memiliki lampu RGB di bagian belakang dan dilengkapi dengan gamepad gratis. Shutterstock/Lukmanazis.
16 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di perusahaan ponsel pintar kembali muncul. Kali ini, giliran Black Shark yang dikabarkan mengambil langkah pemangkasan pekerja karyawannya sejak tahun lalu. Namun, perusahaan disebut gagal memenuhi kewajiban untuk membayar pesangon kepada pekerja yang terdampak efisiensi.

South China Morning Post (SCMP) melansir, Jumat (13/1), Black Shark telah menempuh beberapa langkah pemangkasan pekerja sejak Agustus tahun lalu. Semula, karyawan perusahaan yang dibeking oleh Xiaomi itu mencapai 1.000 orang. Namun, setelah beberapa putaran kebijakan efisiensi, jumlah pekerja Black Shark saat ini hanya mencapai 100.

Sebelumnya, dalam pengumuman kepada karyawan, perusahaan itu menyatakan telah mengalami “kesulitan operasional yang luar biasa”, dan belum bisa membayar pesangon secara penuh. Namun, Black Shark mengaku akan terus mencari cara untuk mendapatkan pendanaan, serta membayar sisa pesangon kepada pekerja yang terkena PHK.

Sejumlah eks karyawan Black Shark tampak mengutarakan kekecewaannya atas masalah pesangon tersebut di platform media sosial Weibo

Beberapa pengguna menyatakan hanya menerima kompensasi 2.000 yuan atau sekitar Rp4,4 juta.

Eks pekerja lain mengatakan Black Shark berutang kompensasi 150.000 yuan atau lebih dari Rp335 juta. Sumber sama mengeklaim 100 pekerja yang terdampak telah mengajukan kasus pesaongon ini ke regulator dalam rangka melindungi gak mereka. "Tidak seorang pun dari perusahaan muncul dan tidak ada eksekutif kunci termasuk CEO yang dapat dihubungi," katanya.

Masalah bisnis

Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis
Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis

Black Shark mengalami gejolak bisnis setelah gagal mencapai kesepakatan untuk diakuisisi oleh Tencent. Sebelumnya, Tencent memulai pembicaraan dengan Black Shark pada Januari 2022 untuk memproduksi headset virtual reality (VR) demi konten metaverse. Namun, raksasa internet dan gim tersebut meninggalkan pembicaraan usai gagal mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang untuk kesepakatan akuisisi.

Didirikan pada 2017, Black Shark menjadi pemain terdepan dalam kategori segmen ponsel gaming, yang mengutamakan kecepatan dan performa dibandingkan smartphone standar.

Namun, perusahaan saham menghadapi masalah penurunan pasar ponsel seiring ekonomi Cina yang lemah pada 2022. Buktinya, dalam sebelas bulan pertama tahun lalu, pengiriman smartphone di Cina turun 23,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Total pengapalan ponsel pintar di Cina diperkirakan menyusut 10 persen pada 2022 menjadi 285 juta unit. Bahkan, pasar smartphone diperkirakan tidak akan mengalami pertumbuhan berarti hingga 2024, menurut perkiraan perusahaan riset industri IDC.

Black Shark menyusul Xiaomi yang melakukan langkah efisiensi serupa. Xiaomi mulai memecat pekerja pada beberapa unit bisnis smartphone atau telepon pintar dan layanan internet. Perusahaan Cina itu mengurangi 15 persen jumlah karyawannya, dilansir SCMP (20/12).

Jumlah staf Xiaomi per 30 September 2022 mencapai 35.314 orang, dan lebih dari 32.000 di antaranya ditempatkan di Cina. PHK dapat berdampak terhadap ribuan pekerja yang banyak di antaranya baru saja bergabung dengan perusahaan.

Related Topics