BUSINESS

Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya Saingan Hartono Bersaudara

Low Tuck Kwong sukses berbisnis batu bara di Indonesia.

Profil Low Tuck Kwong, Orang Terkaya Saingan Hartono BersaudaraAbdul Rachmat Achmad/FORTUNE
by
12 December 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE- Kenaikan harga batu bara dalam setahun terakhir telah mengubah nilai kekayaan para taipan di Indonesia. Kendati posisi orang terkaya belum tergoyahkan hingga kini, tapi ancaman mulai mengintip dengan hadirnya pengusaha batu bara.

Sejauh ini, Hartono bersaudara masih sanggup mengamankan posisinya sebagai orang terkaya di Indonesia. Duo pemilik Grup Djarum ini masih sulit digeser dari posisi nomor satu dan nomor dua terkaya.

Data Forbes Real Time, Senin (12/12), menunjukkan nilai kekayaan Rudi Budi Hartono mencapai US$22,4 miliar atau sekitar Rp349,44 triliun, dan saudara kandungnya, Michael Hartono, US$21,5 miliar atau sekitar Rp335,40 triliun.

Nilai kekayaan orang terkaya ketiga tidak terpaut jauh dari mereka. Low Tuck Kwong, yang kekayaannya naik hampir lima kali lipat tahun ini, memiliki kekayaan bersih US$17,9 miliar atau sekitar Rp280,20 triliun.

Kekayaan Low Tuck Kwong melaju sangat tinggi berkat kenaikan harga batu bara. Kondisi ini membuat saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang dia kendalikan juga melesat. 

Awal mula berbisnis batu bara

Sebelum menginjakkan kaki ke Republik Indonesia, pria yang kelahiran 1948 itu tumbuh di lingkungan keluarga pebisnis. David Low Yi Ngo, ayahnya, memiliki bisnis konstruksi di Singapura. Melansir Forbes, Low Tuck Kwong pernah ikut mengelola perusahaan keluarganya, hingga akhirnya memburu peluang bisnis baru dengan terbang ke Indonesia pada 1972.

Pada usia ke-24, Low Tuck Kwong mulai berkarier sebagai kontraktor bangunan melalui PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) pada masa awal kepindahannya ke Tanah Air. Dia menakhodai JSI hingga merambah ke bidang pertambangan batu bara kontrak pada 1988.

Kejayaan kerajaan batu bara Low Tuck Kwong

Low memasuki babak baru hidupnya ketika ‘memenangkan lotre’ usai membeli pertambangan pertama pada 1998, yakni PT Gunungbayan Pratamacoal (GBP) dan PT Dermaga Perkasapratama (DPP).

Saat itu, GBP belum menambang komoditas, bahkan Terminal Batu Bara Balikpapan milik DPP baru berkapasitas 2,5 juta ton per tahun, dikutip dari laman resmi Bayan Group.

Di bawah kepemimpinan Low Tuck Kwong, Bayan Group tumbuh signifikan hingga melahirkan nama besar di industri. Pembentukan grup itu terjadi lewat berbagai akuisisi strategis pada bisnis batu bara, hingga akhirnya dapat mengembangkan tambang batu bara greenfield.

Kinerjanya moncer hingga kuartal III-2022. Emiten tambang batu bara ini membukukan laba bersih US$1,62 miliar hingga akhir Q III-2022. Realisasi laba bersihnya melesat 150,3 persen ketimbang periode kuartal III-2021 yang hanya US$977 juta.

Kenaikan laba bersih diiringi dengan kenaikan pendapatan. Pendapatannya mencapai US$3,35 miliar hingga kuartal III-2022, naik 91,4 persen dari realisasi pendapatan pada periode sama tahun lalu yang mencapai US$1,75 miliar.

Related Topics