Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Gempuran Mobil Listrik Cina di Indonesia Goyahkan Dominasi Jepang?

Jaecoo J7.jpg
Ilustrasi mobil listrik, Jaecoo J7. Kredit: Jaecoo Indonesia
Intinya sih...
  • Penjualan mobil Jepang masih mendominasi pasar, tetapi pangsa pasarnya mulai tergerus oleh produsen Cina yang menawarkan harga lebih kompetitif.
  • Pemerintah Indonesia menyambut baik investasi ini dengan menawarkan insentif pembebasan pajak bagi produsen kendaraan listrik yang memenuhi persyaratan nilai investasi dan penggunaan komponen lokal.

Jakarta, FORTUNE - Sejak era 1960-an, Indonesia dikenal sebagai pusat produksi mobil berbahan bakar bensin dari Jepang. Namun, kini peta persaingan industri otomotif Tanah Air mulai bergeser. Indonesia tengah berupaya keras mengembangkan produksi kendaraan listrik (EV), mengikuti jejak Thailand, dengan kedatangan setidaknya 10 merek baru, termasuk lima dari Cina, dalam beberapa tahun terakhir.

Merek-merek seperti Wuling, Chery, GWM (Great Wall Motor), dan BYD (Build Your Dreams) kini semakin umum di jalanan Indonesia. Mereka tidak hanya menawarkan harga yang kompetitif, tetapi juga fitur teknologi canggih yang menarik minat konsumen.

Data Gaikindo menunjukkan meskipun penjualan mobil Jepang masih mendominasi pasar, pangsanya mulai tergerus, dari 88 persen pada 2021 menjadi 85 persen pada 2024. Sebaliknya, pabrikan Cina mengalami lonjakan penjualan dari hanya 5 persen menjadi 7 persen pada periode yang sama.

Pemerintah Indonesia menyambut baik investasi ini dengan menawarkan insentif pembebasan pajak bagi produsen yang memenuhi persyaratan nilai investasi dan penggunaan komponen lokal.

"Kami sangat menyambut baik produsen kendaraan listrik Tiongkok untuk memasuki pasar otomotif Indonesia. Ini merupakan sinyal yang sangat positif," ujar Kukuh Kumara, Sekretaris Umum Gaikindo, kepada Fortune Indonesia.

Daya tarik utama mobil Cina terletak pada harganya yang jauh lebih terjangkau, sekitar 25-45 persen lebih murah dibandingkan para pesaingnya.

Produsen Cina mampu memanfaatkan ekosistem industri, rantai pasokan yang efisien, dan biaya tenaga kerja yang lebih rendah. Proyeksi industri bahkan menunjukkan pada 2030, banyak produsen mobil Cina berpotensi masuk dalam jajaran 10 merek terlaris global.

Beberapa pemain baru seperti JAECOO (bagian dari Chery Group) dan BAIC (Beijing Automotive Industry Corporation) semakin agresif memasuki pasar Indonesia. JAECOO, misalnya, berfokus pada segmen premium menengah ke atas dengan menawarkan teknologi canggih seperti sistem autonomous driving dan ADAS.

"Kami ingin menghadirkan pengalaman premium berbasis teknologi," kata Max Zhou, Country Director JAECOO Indonesia.

Sementara itu, BAIC melalui kerja sama dengan PT JIO Distribusi Indonesia (JDI), juga berambisi menghadirkan produk berkualitas dengan harga kompetitif, bahkan berencana menjadikan Indonesia sebagai basis produksi regional.

GAC Aion dan XPeng juga turut meramaikan pasar mobil listrik Indonesia. Aion bermitra dengan Indomobil Group dan telah memulai investasi pembangunan pabrik perakitan di Cikampek. CEO Aion Indonesia, Andry Ciu, optimistis dengan potensi pasar EV di Indonesia, yang saat ini masih rendah namun memiliki peluang pertumbuhan yang besar.

XPeng, yang menggandeng Erajaya Group, juga siap meluncurkan kendaraan listrik berbasis baterai dengan fokus pada inovasi dan kemewahan.

Kehadiran merek-merek Cina dengan inovasi dan harga yang kompetitif menandakan perubahan signifikan dalam peta persaingan otomotif Indonesia. Meskipun merek Jepang masih memiliki keunggulan dalam hal jaringan distribusi dan loyalitas konsumen, pasar kini semakin terbuka terhadap alternatif baru, terutama di segmen kendaraan listrik yang terus berkembang.

Pengamat otomotif dari LPEM Universitas Indonesia, Riyanto, menilai investasi dari pabrikan baru dapat membawa peluang besar bagi industri otomotif Indonesia, meskipun persaingan untuk menembus pasar yang didominasi pemain lama memerlukan strategi matang.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us