Konektivitas Disorot Sebagai Fondasi Utama Membangun Smart City

- Konektivitas menjadi fondasi utama dalam pengembangan smart city.
- CEO Sinar Mas Land menekankan pentingnya keterhubungan sebagai fondasi utama smart city.
- Pembangunan smart city memerlukan kolaborasi kuat di antara berbagai pihak.
Jakarta, FORTUNE - Dalam pengembangan smart city, konektivitas dinilai sebagai hal paling fundamental. Tanpa jaringan yang kuat dan tersebar secara merata, teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (AI) tidak dapat berfungsi optimal.
“Sebenarnya, membangun konektivitas yang resilient dan robust, itulah memang yang sedang kami bangun,” ujar Chief Roll Out Officer, Linknet, Piter Palulungan, dalam acara National Technology Summit 2025 yang diselenggarakan oleh Linknet & APJII di The Kasablanka Hall Jakarta, Rabu (5/11).
Sementara itu, CEO Technology Advisory and Business Sinar Mas Land, Irvan Yasni, menyatakan pada awalnya konsep smart city dikenal sebagai Connected Smart City, menekankan pentingnya keterhubungan sebagai fondasi utama. Dalam mengembangkan BSD City, Sinar Mas Land memerhatikan tiga utilitas utama, tidak hanya air dan listrik, tapi juga internet sebagai faktor utama.
“Tanpa internet, tanpa konektivitas, smart city tidak bisa melakukan apa-apa,” ujarnya.
Irvan memaknai konsep smart city bukan sebatas penerapan teknologi dan infrastruktur digital, tetapi bagaimana membangun ekosistem yang cerdas dan berkelanjutan.
Penerapan teknologi pun diarahkan untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan warga.
Sebagai konteks, BSD City merupakan sebuah kawasan perumahan dan bisnis yang berlokasi di Tangerang Selatan.
Di sisi lain, Piter menyatakan smart city juga harus dibangun di atas tiga pilar utama, termasuk infrastruktur konektivitas, teknologi digital, dan pengembangan ruang hidup.
Ia juga menegaskan pembangunan smart city tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, tapi butuh kolaborasi kuat di antara seluruh pihak.
“Membangun smart city itu harus kolaborasi. Ada yang membangun jaringannya, ada yang menyiapkan digital backbone, lalu pengembang menyediakan ruang dan perencanaan kota, serta pihak lain yang mengembangkan aplikasi bagi end user,” katanya.
Pada tilikan lain, IBM menyoroti peran AI dalam mendukung efisiensi dan keberlanjutan kota pintar, khususnya melalui platform WatsonX. Kombinasi antara konektivitas dan pemanfaatan AI menjadi kunci agar smart city dapat berjalan efisien.
Contohnya saja pada bidang energi. AI dapat memprediksi penggunaan listrik di daerah tertentu, dan secara proaktif bisa melakukan pembagian jaringan melalui teknologi smart grid.
“Tentunya, di situ akan mengurangi risiko pemadaman,” ujar Chief Technology Officer, IBM Indonesia, Wisu Suntoyo.
Dari sisi penerapan, Irvan mengatakan BSD City telah memanfaatkan AI, khususnya computer vision, untuk berbagai kebutuhan operasional. Menurutnya, AI telah menjadi bagian penting dalam tata kelola kota.
“Kalau smart city tidak menggunakan AI, akhirnya hanya sekadar punya CCTV dengan ribuan orang yang harus memantau layar. AI-lah yang membuat sistem itu cerdas dan efisien,” katanya.

















