Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kripto ke Zona Merah Akibat Peretasan Bybit, Simak Strategi Investor

Ilustrasi investasi kripto atau crypto (unsplash.com/Andre Francois)
Intinya sih...
  • Kripto mengalami penurunan tajam akibat peretasan Bybit.
  • Arus keluar besar-besaran dari ETF Bitcoin dan Ethereum memperparah tekanan di pasar kripto.
  • Investor disarankan untuk tenang, hindari leverage tinggi, dan pertimbangkan strategi akumulasi pada area support kuat.

Jakarta, FORTUNE - Mayoritas koin kripto berada pada zona merah pada perdagangan kemarin, Kamis (27/2). Penurunaan aset ini disinyalir merupakan imbas dari peretasan platform perdagangan kripto, Bybit.

Dilansir dari CoinMarketCap, Bitcoin mengalami penurunan tajam sekitar 11,40 persen dalam sepekan terakhir ke level US$86.336 per koin. Kemudian Ethereum (ETH) merosot 14,09 persen dalam sepekan ke level US$2.353 per koin.

Solana juga mengalami penurunan dengan persentase 18,85 persen pada sepekan ke level US$140,50 per koin. Lalu, Dogecoin (DOGE) turun tajam 17,44 persen ke level US$0,2097 per koin.

Selain keempat koin tersebut, hampir semua koin kripto di CoinMarketCap mengalami penurunan drastis hanya dalam waktu seminggu terakhir.

Analis kripto di Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan faktor penurunan tersebut terjadi karena ketidakpastian makroekonomi, arus keluar dari ETF, serta dampak peretasan Bybit.

Ia menjelaskan Amerika Serikat mengalami inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, yakni mencapai 3 persen secara tahunan (YoY). Atas indikasi itu, muncul kekhawatiran bahwa bank sentral Amerika Serikat, Fed, akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Ditambah lagi, Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru untuk Kanada dan Meksiko, yang mulai berlaku pada 2 April, serta tarif 25 persen untuk Uni Eropa yang akan segera diterapkan.

Kebijakan tersebut kemudian memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi global, dan mendorong aksi jual aset berisiko, termasuk kripto.

"Investor lebih memilih aset safe-haven seperti dolar AS dan obligasi dibandingkan aset volatil seperti Bitcoin dan altcoin," katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis (27/9).

Arus keluar besar-besaran

Fyqieh mengatakan tekanan di pasar kripto juga diperburuk oleh arus keluar dari ETF Bitcoin dan Ethereum.

Pada 25 Februari, ETF Bitcoin mencatat rekor arus keluar harian terbesar senilai US$1,138 miliar, diikuti tambahan US$336,5 juta pada 26 Februari.

ETF Ethereum mengalami outflow US$24,5 juta, dan menunjukkan investor institusional mulai mengurangi paparannya terhadap aset kripto. Arus keluar ini semakin mempercepat penurunan harga BTC dan ETH serta memperkuat tekanan bearish di pasar.

Dalam 24 jam terakhir, pasar derivatif kripto mengalami gelombang likuidasi besar, dengan total nilai mencapai US$764,32 juta. Bitcoin Futures menjadi segmen paling terpengaruh dengan mencatat likuidasi US$459 juta.

"Volatilitas harga yang tajam menyebabkan banyak trader dengan leverage tinggi terkena margin call," ujarnya.

Tidak hanya itu, minat institusi terhadap penurunan Bitcoin diperparah dengan aksi jual oleh whale. Data dari CoinShares menunjukkan lembaga keuangan telah menarik US$595 juta dari dana Bitcoin bulan ini, memperbesar tekanan jual di pasar.

Pasokan BTC di bursa juga meningkat, menandakan bahwa investor besar mulai menjual kepemilikannya untuk mengamankan keuntungan.

Faktor lain yang memperburuk sentimen pasar adalah peretasan besar yang terjadi di Bybit. Serangan siber senilai US$1,5 miliar ini menimbulkan ketidakpastian lebih lanjut dan memicu arus keluar besar dari bursa kripto.

Pasca peretasan tersebut, investor bereaksi dengan menarik dana dalam jumlah besar, termasuk Galaxy Digital yang menarik 25.000 ETH senilai US$67 juta dan 200.000 USDC, serta dompet anonim yang menarik 700 BTC senilai US$68,8 juta.

Strategi Investor

Fyqieh menghimbau investor tetap tenang dan tidak gegabah. Kondisi volatilitas tinggi ini, menurutnya, mesti dihadapi dengan strategi yang lebih disiplin.

Ia menyarankan trader jangka pendek menghindar dari penggunaan leverage tinggi. Sebab, volatilitas tinggi dapat memicu likuidasi lebih lanjut. Selain itu, trader mesti memantau level support utama Bitcoin pada US$80.000 dan Ethereum US$2.000 selagi mencari peluang beli jika muncul tanda-tanda pembalikan tren.

"Disarankan untuk menggunakan stop-loss yang ketat guna membatasi risiko kerugian lebih dalam," katanya.

Dia menyarankan investor jangka panjang mempertimbangkan strategi akumulasi bertahap pada area support kuat seperti BTC pada US$80.000 dan ETH pada US$2.000.

Para investor juga tetap perlu mencermati kebijakan Fed serta tarif perdagangan yang diumumkan Presiden Trump. Pasalnya, kedua faktor ini masih menjadi pemicu utama volatilitas pasar.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us