Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Nissan Pangkas Produksi SUV Terlaris Rogue di Jepang Akibat Tarif AS

Logo Nissan. (Shutterstock/Memory Stockphoto)
Intinya sih...
  • Nissan memangkas produksi SUV Rogue di Jepang selama Mei-Juli sebagai respons terhadap tarif impor baru AS yang diperkenalkan oleh Presiden Donald Trump.
  • Pengurangan produksi hingga 13.000 unit akan mengakibatkan pengurangan jam kerja dan penghentian produksi pada hari-hari tertentu di pabrik Kyushu, Jepang.
  • Berbagai produsen otomotif lainnya, termasuk Stellantis dan Honda, juga harus menyesuaikan strategi produksinya akibat kebijakan tarif yang diperkenalkan oleh pemerintah AS.

Jakarta, FORTUNE — Nissan Motor Co. akan mengurangi produksi mobil SUV andalannya untuk pasar Amerika Serikat, Rogue, di pabrik Kyushu, Jepang, selama periode Mei hingga Juli. Langkah ini diambil sebagai respons langsung terhadap kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Kebijakan tarif 25 persen untuk mobil yang diproduksi di luar negeri, yang baru-baru ini diberlakukan oleh Trump, telah menimbulkan gejolak dalam rantai pasokan otomotif global, seperti dilaporkan oleh Reuters pada Selasa (15/4).

Nissan, sebagai produsen mobil terbesar ketiga di Jepang, menjadi salah satu pihak yang paling merasakan dampaknya. Pasalnya, Amerika Serikat merupakan pasar utama bagi Nissan, menyumbang lebih dari seperempat dari total penjualan global perusahaan pada tahun sebelumnya, dengan sebagian besar unit dikirimkan dari Jepang dan Meksiko.

Menurut sumber anonim yang berbicara kepada Reuters, Nissan berencana memangkas produksi Rogue hingga 13.000 unit selama tiga bulan mendatang di pabrik Kyushu, yang merupakan fasilitas produksi terbesar milik perusahaan. Jumlah ini setara dengan lebih dari 20 persen dari total 62.000 unit Rogue yang berhasil terjual di AS pada kuartal pertama tahun ini.

Pengurangan volume produksi ini akan berimplikasi pada penyesuaian jam kerja di pabrik Kyushu, termasuk potensi penghentian produksi pada hari-hari tertentu. Meski demikian, pabrik tersebut akan tetap beroperasi dengan dua shift per hari. Nissan dikabarkan akan terus memantau dan mengevaluasi kembali langkah ini seiring dengan perkembangan kebijakan tarif pada masa mendatang.

Presiden Trump sempat mengisyaratkan keterbukaannya untuk melakukan penyesuaian tarif dengan tujuan memberikan waktu adaptasi bagi para produsen mobil. Di tengah ketidakpastian ini, Nissan menyatakan tengah melakukan peninjauan menyeluruh terhadap seluruh rantai pasokan dan operasional produksi globalnya guna mengidentifikasi solusi yang paling efisien dan berkelanjutan.

“Kami berkomitmen untuk beradaptasi terhadap dinamika pasar dengan tetap mengutamakan tenaga kerja dan kemampuan produksi kami,” demikian Nissan dalam pernyataan resminya. “Pendekatan kami akan hati-hati dan terukur dalam menyikapi dampak jangka pendek maupun panjang.”

Sebagai model yang sangat penting bagi Nissan di pasar AS, Rogue mencatatkan penjualan hampir 246.000 unit sepanjang tahun lalu, yang mewakili lebih dari seperempat total penjualan perusahaan di negara tersebut. Selain di Jepang, Nissan juga memproduksi model Rogue di Smyrna, Tennessee.

Strategi produsen otomotif lainnya

Pada bulan ini, Nissan membatalkan rencana sebelumnya untuk mengurangi produksi di fasilitas Smyrna dan memutuskan untuk mempertahankan dua shift kerja, alih-alih mengurangi menjadi satu shift seperti yang direncanakan sebelumnya.

Nissan bukanlah satu-satunya produsen otomotif yang terpaksa menyesuaikan strategi produksinya akibat tarif impor AS. Stellantis, perusahaan induk Chrysler, juga telah menghentikan sementara operasionalisasi di salah satu pabriknya di Meksiko dan satu pabrik lainnya di Kanada. Dampaknya meluas ke lima fasilitas di AS yang terkait, mengakibatkan pemberhentian kerja sementara bagi sekitar 900 pekerja Amerika.

Sementara itu, Honda mengambil langkah proaktif dengan memindahkan produksi Civic hybrid generasi terbaru dari Meksiko ke Indiana, AS, sebagai upaya menghindari dampak tarif.

Terlepas dari tantangan yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif, Nissan sendiri sedang dalam proses pemulihan bisnis globalnya. Perusahaan sebelumnya telah mengumumkan rencana mengurangi kapasitas produksi global hingga 20 persen sebagai bagian dari strategi restrukturisasi lebih luas.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us