Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sri Mulyani Ingatkan Efek Perang Tarif AS Terhadap Manufaktur RI

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan keterangan pers terkait efisiensi anggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga di Komisi III DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/2). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Intinya sih...
  • Sri Mulyani mengingatkan dampak perang tarif AS terhadap manufaktur Indonesia.
  • PMI manufaktur Indonesia tumbuh kuat meskipun kekhawatiran global terhadap kebijakan tarif.
  • Negara-negara lain, termasuk Malaysia dan Vietnam, juga mengalami tekanan besar dalam sektor manufaktur akibat perang dagang.

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengingatkan potensi dampak perang dagang akibat kebijakan tarif yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Meskipun sektor manufaktur nasional tengah berada dalam fase ekspansi, kewaspadaan tetap diperlukan.

Pemulihan industri manufaktur Indonesia tecermin pada Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang pada Februari 2025 berada pada level ekspansi 53,6. Angka ini meningkat 1,7 poin dibandingkan Januari 2025 yang mencapai 51,9.

Sebelumnya, pada periode Juli hingga November 2024, PMI manufaktur Indonesia sempat berada di bawah batas indeks 50, yang menandakan kontraksi.

"Kita sempat terdampak secara kontraktif, tetapi kemudian mengalami pemulihan. Secara global, pemulihan memang sudah mulai terlihat, tetapi Indonesia bangkit lebih tajam dan lebih cepat dibandingkan negara lain maupun rata-rata global," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Maret 2025, Kamis (13/3).

Meskipun kebijakan tarif AS tidak langsung menyasar Indonesia, negara ini tetap harus berhati-hati karena aturan tersebut berlaku bagi negara yang memiliki surplus dagang terhadap AS.

Indonesia sendiri menempati peringkat ke-15 dalam daftar negara dengan surplus perdagangan terhadap Amerika, dengan nilai mencapai US$19,3 miliar.

Hal ini berarti Indonesia turut berkontribusi terhadap defisit perdagangan AS pada 2024.

Sri Mulyani merasa istilah negara teman atau sahabat sudah tidak relevan. Ia mencontohkan bagaimana Kanada yang selama ini dekat dengan AS juga kena sikat Donald Trump.

"Bagaimana kurang friend Amerika dan Kanada itu? Jadi, tadinya disebutkan, 'Oh, kalau kamu berteman, kita aman'. Ternyata, definisi friends tidak ada lagi di dalam konteks hari ini," kata Sri Mulyani.

Ancaman tarif tinggi AS terhadap negara lain

Sri Mulyani menyatakan PMI manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang kuat di tengah kekhawatiran global terhadap kebijakan tarif, yang juga dapat berdampak pada Cina, Vietnam, dan negara lain yang mencatatkan surplus perdagangan dengan AS.

"Kebijakan tarif ini bukan sekadar 5 persen, tetapi bisa melonjak hingga 25 persen. Ini tentu menjadi guncangan bagi sektor manufaktur. Namun, Indonesia tetap mampu bangkit dengan PMI di level 53,6. Saat ini, mungkin hanya India yang memiliki optimisme serupa dengan PMI mereka di angka 56,3," katanya.

Banyak negara menghadapi tantangan akibat gangguan rantai pasok dan risiko tarif impor AS, terutama terkait bahan baku industri.

Ia juga menyoroti negara-negara Eropa yang mengalami kontraksi manufaktur dalam dua tahun terakhir, seperti Jerman dengan indeks PMI di 46,5 dan Prancis di 45,8.

"Sejumlah negara lain, termasuk Malaysia dan Vietnam, juga mengalami tekanan besar dalam sektor manufaktur akibat perang dagang. Dampaknya terasa langsung, baik pada industri manufaktur maupun sektor pertanian," ujarnya.

Sri Mulyani juga menilai bahwa sektor manufaktur Indonesia masih menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan beberapa negara anggota G20, seperti Brasil, AS, dan Cina.

Namun, ia tetap mengingatkan agar Indonesia tidak lengah dan terus mengantisipasi dampak dari ketegangan ekonomi global yang sedang berlangsung.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
Tubagus Imam Satrio
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us