Ditopang Kinerja Korporasi, Kredit Industri Bank Tumbuh 10,27 Persen

- Pertumbuhan kredit didorong oleh realokasi alat likuid ke kredit dan pendanaan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).
- Kredit modal kerja tumbuh 8,40%, kredit investasi tumbuh 13,22%, dan pembiayaan syariah tumbuh 9,71%.
Jakarta, FORTUNE - Kredit perbankan mengalami capaian positif dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan pertumbuhan kredit pada industri perbankan pada Januari 2025 mencapai 10,27 persen secara tahunan (YoY). Kenaikan ini didorong oleh faktor dari sisi penawaran dan permintaan.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan itu ditopang oleh realokasi alat likuid atas kredit oleh perbankan yang masih berlanjut, dan didukung pendanaan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tetap terjaga.
Selain itu, ketersediaan likuiditas yang baik sejalan dengan implementasi penguatan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
"Sementara dari sisi permintaan pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif di tengah konsumsi rumah tangga yang terbatas," ujar Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Februari 2025, Rabu (19/2).
Secara terperinci, Perry memaparkan pertumbuhan kredit berdasarkan kelompok penggunaan.
Kredit modal kerja tumbuh 8,40 persen, kredit investasi tumbuh 13,22 persen, dan kredit konsumsi tumbuh 10,37 persen (YoY). Sementara itu, pembiayaan syariah tumbuh 9,71 persen (YoY) dan kredit UMKM meningkat 2,88 persen (YoY).
Dengan pertumbuhan ini, Perry berharap penyaluran kredit semakin kuat ke depannya. Bank Indonesia pun akan memberikan dukungan melalui berbagai kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna mendukung ekspansi ekonomi.
Sementara kredit terus tumbuh, Perry menyatakan likuiditas perbankan masih kuat. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Januari 2025 berada pada level yang cukup tinggi, yakni 26,03 persen.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan pada Desember 2024 juga masih positif pada 26,69 persen. Hasil ini didukung oleh rasio kredit bermasalah yang tetap rendah, yakni 2,08 persen secara bruto dan 0,74 persen secara neto.
"Hasil stress-test Bank Indonesia menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat dalam menghadapi berbagai risiko, serta ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga," kata Perry.
Untuk menjaga kinerja positif pada industri perbankan ini, Bank Indonesia mengaku akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam upaya memitigasi risiko yang berpotensi mengganggu ketahanan perbankan dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan.