Laba BFI Finance Merosot 4,81%, Jadi Rp1,56 Triliun di 2024

- Laba bersih BFI Finance turun 4,81% menjadi Rp1,56 triliun di 2024
- Pembiayaan baru mencapai Rp20 triliun naik 5,1%, total aset mencapai Rp25,1 triliun
- BFI Finance melunasi lima obligasi senilai Rp2,4 triliun dan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap I Tahun 2024
Jakarta, FORTUNE - Sepanjang 2024, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mencatatkan laba bersih senilai Rp1,56 triliun atau menyusut 4,81 persen (yoy).
Presiden Direktur BFI Finance, Sutadi memandang, dinamika ekonomi di tanah air serta sederet peristiwa global turut berpengaruh pada bisnis multifinance.
Tak hanya itu, sektor industri pembiayaan juga diliputi berbagai gejolak, antara lain pelemahan daya beli masyarakat, penurunan mata uang rupiah, volatilitas harga komoditas, dan peningkatan harga bahan-bahan pokok.
“BFI Finance senantiasa proaktif menerapkan cara kerja dan model operasional baru guna mendukung ekspansi bisnis jangka panjang. Pendekatan ini menunjukkan komitmen BFI Finance untuk memanfaatkan berbagai dinamika perubahan dalam tren pasar,” ujar Sutadi melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (25/2).
Secara keseluruhan, Perusahaan membukukan total pendapatan sebesar Rp6,3 triliun. Sedangkan untuk Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) tercatat masing-masing sebesar 8,0 persen dan 15,7 persen di tahun 2024.
Pembiayaan baru BFI Finance capai Rp20 triliun naik 5,1%

Hingga Desember 2024, total kelolaan aset Perusahaan mencapai Rp25,1 triliun atau meningkat 4,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) yang keseluruhannya naik 9,6 persen (yoy) menjadi Rp24,1 triliun. Sementara itu, pembiayaan baru mencapai Rp20 triliun atau meningkat 5,1 persen (yoy).
Porsi piutang pembiayaan yang terbanyak adalah pembiayaan dengan jaminan kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 59,5 persen, diikuti oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 15,5 persen, dan pembiayaan dengan jaminan properti sebesar 5,0 persen.
Pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda empat bekas dan baru berkontribusi sebesar 16,1 persen, sedangkan pembiayaan berbasis syariah dan lainnya sebesar 3,9 persen. Pertumbuhan piutang tertinggi berasal dari segmen pembiayaan kendaraan roda empat bekas via showroom sebesar 35,3 persen (yoy).
Peningkatan kinerja turut diiringi dengan kelolaan rasio pembiayaan diragukan dan macet (Non-Performing Financing/NPF) yang terjaga di posisi bruto 1,25 persem dan neto 0,21 persen per 31 Desember 2024. Adapun NPF coverage tercatat sebesar 2,7 persen dari nilai NPF bruto, yang menunjukkan tingkat kehati-hatian Perusahaan.
BFI Finance telah lunasi obligasi Rp2,4 triliun

Sepanjang tahun 2024, BFI Finance juga telah menjalankan kewajiban pembayaran pelunasan lima obligasinya yang jatuh tempo dengan total nominal mencapai Rp2,4 triliun.
Menutup kuartal tiga, perusahaan pembiayaan ini juga telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan VI Tahap I Tahun 2024 dengan nilai sebesar Rp600 miliar dengan rating ‘AA-(idn)’. Penerbitan ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan VI dengan target dana mencapai Rp6 triliun.
Menjawab optimisme di tahun 2025, BFI Finance selalu bertransformasi agar tetap relevan dengan kondisi pasar yang semakin menantang melalui berbagai strategi dan inisiatif. Antara lain pengembangan teknologi end-to-end mulai dari sisi originasi pembiayaan hingga penagihan.
Selain itu, aspek layanan pembiayaan konsumen juga terus ditingkatkan, termasuk modal kerja untuk para pelaku usaha, peningkatan akses pembiayaan berbasis digital melalui perangkat mobile, dan juga pelatihan wirausaha untuk konsumen dan para pelaku bisnis.
“Tahun 2024 telah kami lalui dengan baik berkat kepercayaan dan dukungan dari para konsumen, mitra bisnis, serta semua pihak terkait. Kami akan terus mengupayakan pertumbuhan yang berkelanjutan dan tangkas melihat peluang di tengah dinamika pasar yang terjadi,” tutup Sutadi.