FINANCE

BPS: Neraca Perdagangan Surplus 19 Bulan Beruntun, Ekspor Cetak Rekor

Perdagangan Indonesia dengan AS menyumbang surplus terbesar.

BPS: Neraca Perdagangan Surplus 19 Bulan Beruntun, Ekspor Cetak RekorSuasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/11/2021). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
15 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kabar baik tak henti-hentinya datang dari sisi neraca perdagangan (ekspor-impor) Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia kembali membukukan surplus neraca dagang karena nilai ekspor yang menyentuh rekor.

Pada November 2021, surplus perdagangan mencapai US$3,51 miliar. Meski sedikit melambat capaian US$5,74 miliar pada bulan sebelumnya, namun tren surplus ini telah terjadi dalam 19 bulan terakhir.

“Surplus di November ini terbesar berasal dari komoditas bahan bakar mineral, diikuti lemak dan minyak hewan nabati, dan besi dan baja. Jadi (ketiga komoditas) ini penyumbang surplus,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam telekonferensi, Rabu (15/12).

Amerika Serikat merupakan negara yang menjadi penyumbang surplus terbesar Indonesia dengan US$1,80 miliar. Setelahnya, diikuti Filipina (US$801,8 juta), dan Malaysia (US$687,8 juta).

Bila ditilik secara jangka panjang, pada Januari-November tahun ini surplus perdagangan Indonesia mencapai US$34,32 miliar, atau naik 75,82 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Pada periode sama 2019, neraca perdagangan Indonesia justru defisit US$0,08 miliar.

Ekspor rekor, impor melejit

Menurut catatan BPS, surplus itu tercipta akibat kenaikan nilai ekspor lebih tinggi dari pertumbuhan impor. Ekspor bulan lalu tumbuh 49,70 persen secara tahunan menjadi US$22,84 miliar.

“Ekspor ini secara nilai trennya terus meningkat dan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia,” katanya.

Perinciannya, ekspor migas tumbuh 74,80 persen yoy, industri pengolahan 34,44 persen, dan pertambangan dan lainnya 146,91 persen. Namun, ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 4,83 persen.

Ditilik ke belakang, total ekspor selama sebelas bulan pertama melaju 42,62 persen menjadi US$209,16 miliar. Dari jumlah tersebut, 76,51 persennya merupakan ekspor industri. Sisanya adalah ekspor tambang (16,31 persen), migas (5,35 persen), dan pertanian (1,83 persen).

Nilai impor Indonesia meningkat 52,62 persen menjadi US$19,33 miliar, menurut data sama. Secara mendetail, impor barang konsumsi naik 53,84 persen yoy, bahan baku/penolong 60,49 persen, dan barang modal 23,09 persen.

Bagi Margo Yuwono, impor sedemikian mengindikasikan aktivitas industri dalam negeri. Para pelaku usaha, katanya, meningkatkan kapasitas produksinya seiring perbaikan daya beli masyarakat.

Dengan begitu, aktivitas industri sepanjang tahun ini tercatat lebih baik dibandingkan 2020. Sebab, pada Januari-November 2021, impor Indonesia melejit 37,53 persen menjadi US$174,84 miliar. Pada kurun itu, Indonesia banyak mengimpor mesin/peralatan mekanis dan bagian lainnya serta mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya.

Related Topics