FINANCE

BI Tahan Bunga Acuan di 3,50%, Ini Indikator Pendorongnya

Tekanan inflasi dan nilai tukar masih meningkat.

BI Tahan Bunga Acuan di 3,50%, Ini Indikator PendorongnyaRapat Dewan Gubernur BI Periode Juni 2022
23 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) periode Juni 2022 memutuskan tetap mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen. Sementara itu, suku bunga deposit facility juga tetap sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen.  

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan keputusan tersebut sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi, stabilitas nilai tukar, serta dukungan atas pertumbuhan ekonomi di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.  

"Bank Indonesia terus mencermati risiko tekanan inflasi ke depan, termasuk ekspektasi inflasi dan dampaknya terhadap inflasi inti, dan akan menempuh langkah-langkah normalisasi kebijakan moneter lanjutan sesuai dengan data dan kondisi yang berkembang," katanya melalui konferensi video di Jakarta, Kamis (23/6). 

Inflasi diperkirakan bakal tembus di atas sasaran

Perry mengatakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada 2022 diperkirakan sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran. Meski demikian, inflasi akan kembali ke dalam sasaran 3,0±1 persen pada 2023. 

Perry menjelaskan, pada Mei 2022 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 3,55 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,47 persen (yoy) seiring dengan peningkatan harga komoditas global. 

"Inflasi kelompok volatile food meningkat terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan akibat cuaca. Inflasi kelompok administered prices juga masih tercatat tinggi dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara dan energi," kata Perry. 

Meski demikian, Perry menyebut inflasi inti tetap terjaga sebesar 2,58 persen (yoy) di tengah meningkatnya permintaan domestik dan konsistensi kebijakan BI dalam menjaga ekspektasi inflasi. 

Tekanan nilai tukar rupiah masih meningkat

Sementara itu, BI memandang nilai tukar rupiah masih mengalami peningkatan tekanan sejalan dengan mata uang regional lainnya. Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar rupiah pada 22 Juni 2022 tercatat masih terdepresiasi 1,93 persen (ptp) dibandingkan akhir Mei 2022. 

"Depresiasi tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global," kata Perry. 

Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif. Dengan perkembangan ini, nilai tukar rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,1 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. 

Meski demikian, Perry menyebut kondisi tersebur relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

Related Topics