Keputusan BI Tahan Bunga Acuan 6,25% Diyakini Pacu Kredit Bank
Kredit industri masih tumbuh 12,36%.

Jakarta, FORTUNE - Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menahan bunga acuan di level 6,25 persen diyakini bakal memacu penyaluran kredit perbankan. Hal itu disampaikan sejumlah bankir menanggapi hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Juli ini.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja menyampaikan, selain mendukung kredit, keputusan bank sentral tersebut dirasa tepat untuk merespons pasar. Ia berharap kebijakan BI di pertengahan tahun ini dapat memacu bisnis perbankan hingga akhir tahun 2024.
"Kebijakan sudah tepat, karena kurs rupiah terhadap US dolar sudah terkendali," kata Jahja saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (18/7).
Bank Mandiri incar pertumbuhan kredit 15%

Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) menilai kebijakan BI turut memacu pertumbuhan kredit perbankan di semester I-2024.
"Hal tersebut juga diikuti dengan permintaan kredit yang sehat sejalan dengan perekonomian yang masih resilien," kata Corporate Secretary Bank Mandiri, Teuku Ali Usman.
Di sisi lain, bank pita emas ini juga memandang adanya peluang penguatan Rupiah. Meski demikian, volatilitas nilai tukar rupiah tetap perlu diwaspadai dengan melihat dinamika politik di Amerika Serikat (AS) dan fluktuasi ekonomi global.
"Adapun, sampai dengan akhir Mei 2024 penyaluran kredit Bank Mandiri secara bank only masih mencatatkan pertumbuhan positif dengan kenaikan mencapai 19,5 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 1.152,53 triliun," kata Teuku.
Sejalan dengan kondisi fundamental makro ekonomi domestik yang masih baik, diikuti permintaan kredit yang positif, pihaknya juga optimis kredit Bank Mandiri masih mampu tumbuh sesuai guidance di kisaran 13 persen hingga 15 persen pada tahun 2024.
Kredit industri tumbuh 12,36%

Bank Indonesia sendiri mencatat pertumbuhan kredit pada triwulan II 2024 tetap tinggi sebesar 12,36 persen (yoy) didorong oleh kuatnya sisi penawaran dan permintaan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan, dari sisi permintaannya pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh permintaan dari korporasi sejalan dengan kinerja penjualan yang tetap tinggi dan kemampuan bayar yang tetap kuat.
"Sementara itu, permintaan kredit dari rumah tangga juga terjaga stabil, terutama dari kelas menengah-atas, seiring dengan ekspektasi penghasilan yang terjaga," kata Perry.
Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut terjadi di sebagian besar sektor ekonomi, terutama pada industri, perdagangan, dan pengangkutan. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, yang masing-masing tumbuh sebesar 15,09 persen (yoy), 11,68 persen (yoy), dan 10,80 persen (yoy) pada triwulan II 2024.