Pacu Ekspor, LPEI Dorong 2.706 UKM Naik Kelas ke Pasar Global
Ekspor UMKM dukung surplus neraca perdagangan.
Jakarta,FORTUNE – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan ekspor nasional.
Hal tersebut terwujud melalui program Coaching Program for New Exporters (CPNE). Melaui program tersebut LPEI mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi demi mendapatkan produk-produk yang bernilai jual tinggi dan berorientasi ekspor.
Berdasarkan data pada akhir November 2021 lalu, LPEI sudah memberikan pelatihan kepada 2.706 pelaku UKM untuk naik kelas untuk menembus pasar global.
"Terdapat 75 pelaku usaha yang merupakan lulusan CPNE yang telah berhasil melakukan ekspor perdana,” kata Direktur Pelaksana II Indonesia Eximbank, Maqin U. Norhadi melalui keterangan resminya di Jakarta, Rabu (15/12).
LPEI bina 26 Desa Devisa
Selain itu pihaknya telah secara aktif menggencarkan 6 program Desa Devisa yang telah melibatkan 26 desa dengan total 2.894 petani atau pengrajin.
Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan dapat mendukung percepatan peningkatan ekspor nasional, membantu peningkatan kemampuan produksi nasional yang berdaya saing tinggi serta memiliki keunggulan untuk ekspor.
"Mereka akan dibekali dengan pelatihan mengenai standar kualitas produk ekspor, sertifikasi, klasifikasi harmonized system (HS Code) dan lainnya," kata Maqin U. Norhadi.
Nilai ekspor dukung surplus neraca perdagangan
Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus di bulan November 2021 sebesar US$3,51 miliar atau setara Rp50,3 triliun. Sementara itu untuk total nilai ekspor di bulan November 2021 mencapai US$22,84 miliar atau setara Rp327 triliun dan naik 49,7 persen secara tahunan (yoy).
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI, Febrio Kacaribu menyatakan, surplus diakibatkan oleh adanya tren peningkatan ekspor yang terus berlanjut.
“Pemerintah akan terus memberikan kebijakan mendukung ekspor melalui perbaikan efisiensi dan daya saing ekonomi, peningkatan nilai tambah produk ekspor komoditas, serta penguatan industri nasional yang didukung pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan teknologi.
Hal tersebut juga didorong baik oleh peningkatan harga komoditas utama maupun volume. Ekspor produk manufaktur dan pertambangan mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi.
Neraca perdagangan surplus 19 bulan berturut turut
Febrio juga menyatakan,Indonesia sudah menikmati surplus neraca perdagangan hingga 19 bulan berturut-turut.
“Jika diakumulasikan, surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga November 2021 mencapai US$34.32 miliar. Surplus yang tinggi ini didukung oleh nilai ekspor yang tinggi.
Selain itu menurutnya, nilai ekspor RI secara kumulatif pada Januari hingga November 2021 merupakan nilai ekspor yang tertinggi paling sejak tahun 2000.
Tercatat, nilai ekspor bulan November ini juga menjadi nilai ekspor bulanan tertinggi sejak tahun 2000, memecahkan rekor pada bulan Oktober 2021, sebesar US$22,03 miliar atau setara Rp315 triliun.