FINANCE

Analis Ramal Suku Bunga BI Bisa Sentuh 6 Persen pada 2023

Kenaikan ini untuk mempercepat normalisasi inflasi inti.

Analis Ramal Suku Bunga BI Bisa Sentuh 6 Persen pada 2023Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo

by Tanayastri Dini Isna KH

18 November 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia baru saja meningkatkan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (7DRRR) sebesar 50 bps, menjadi 5,25 persen. Analis memproyeksi tren kenaikan isuku bunga masih akan terus berlanjut hingga tahun depan.

BI sudah meningkatkan suku bunganya sebanyak tiga kali berturut-turut tahun ini. Langkah ini untuk memperkuat ekspektasi inflasi konsensus saat ini, yang diprediksi mencapai 5,9 persen di penghujung tahun.

Equity Research Division Head BRI Danareksa Sekuritas, Helmy Kristanto pun memperkirakan suku bunga 7DRRR BI akan kembali meningkat 25 bps pada Desember 2022. “Lalu, diprediksi akan berada di kisaran 5,25 persen sampai dengan 6,00 persen pada 2023,” kata Helmy dalam risetnya, Jumat (18/11).

Menurutnya, ada dua alasan utama dari BI mengerek naik suku bunga 7DRRR: yakni mempercepat normalisasi inflasi inti agar kembali ke kisaran yang diinginkan (sekitar 3 persen +- 1 persen di paruh pertama 2023), dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sekaligus menjinakkan dampak inflasi impor.

Peluang penguatan rupiah

uang rupiahilustrasi uang (unsplash.com/ Mufid Majnun)

Helmy mengatakan, fundamental ekonomi makro telah mengarah pada penguatan rupiah. Misalnya, dari segi transaksi berjalan kuartal ketiga 2022 yang diproyeksi surplus lebih tinggi dari kuartal sebelumnya berkat ekspor migas.

“Dukungan apresiasi rupiah meliputi pertumbuhan PDB Indonesia yang kuat, jalur inflasi yang mayoritas dapat dikelola, BP positif pada data ekspor yang solid, serta imbal hasil yang menarik dan US Treasury yang akan menarik arus modal masuk,” jelasnya.

Adapun, penyebab rupiah melemah baru-baru ini adalah ketidakpastian global, bukan fundamental ekonomi makro. Helmy menilai, BI tetap percaya fundamental rupiah masih terjamin.

“Kekhawatiran terhadap rupiah telah memukul kepercayaan investor, khususnya pada kurangnya likuiditas dolar domestik,” imbuhnya.

Untuk itu, BI disebut siap mengambil langkah guna meningkatkan pasokan dolar dan mendukung fungsi pasar. Sebut saja, dengan memberi insentif demi memastikan repatriasi hasil ekspor agar lebih lama di dalam negeri.

“Kami yakin langkah itu akan berfungsi sebagai dorongan untuk likuiditas dolar AS domestik, menstabilkan nilai tukar rupiah, dan meningkatkan sentimen pasar," katanya. 

Kurs rupiah di pasar spot terus tertekan hingga akhir perdagangan Jumat (18/11). Rupiah spot ditutup di level Rp 15.684 per dolar Amerika Serikat (AS) atau melemah 0,13 persen dibanding penutupan hari sebelumnya di kisaran Rp 15.663 per dolar AS. Alhasil rupiah menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia.