Apa itu Exit Liquidity? Ketahui Dampaknya

Dalam dunia investasi saham dan crypto, istilah exit liquidity sering kali muncul. Istilah tersebut mungkin kurang familier bagi investor pemula yang baru terjun ke dunia investasi.
Singkatnya, exit liquidity dapat dipahami sebagai fenomena trader besar melakukan penjualan besar-besaran untuk mendapatkan untung. Namun, hal tersebut bisa merugikan investor pemula yang terjebak tren pasar.
Jika tidak jeli mengenalinya, fenomena tersebut menjadi momok bagi investor pemula yang menyebabkan kerugian. Lantas, sebenarnya apa itu exit liquidity? Simak pengertian, cara kerja, hingga tipsnya di bawah ini.
Apa itu exit liquidity?
Crypto dikenal sebagai salah satu instrumen investasi dengan likuiditas pasar yang bisa berubah-ubah dengan cepat. Seperti yang diketahui, pasar beroperasi sesuai dengan likuiditas atau jumlah uang di pasar.
Di kalangan trader dan investor, likuiditas pasar bisa dihadirkan untuk mendapatkan untung melalui exit liquidity.
Lalu, apa itu exit liquidity dalam investasi? Exit liquidity adalah kondisi sejumlah trader besar atau whale menjual asetnya di pasar untuk mendapatkan keuntungan dan keluar dari pasar. Namun, investor kecil atau pemula bisa merugi.
Pasalnya, investor lain yang dipengaruhi oleh tren pasar dengan membeli aset di harga yang tinggi, tetapi harganya bisa turun setelah transaksi.
Dengan kata lain, istilah saham tersebut sering dikaitkan sebagai praktik manipulatif yang dilakukan whale dengan memanfaatkan antusiasme pembeli yang standby untuk menjual aset yang sudah kehilangan nilainya.
Tidak heran, istilah likuiditas keluar ini kerap merujuk pada investor kecil yang terjebak menjadi korban pergerakan harga yang tiba-tiba terkoreksi.
Cara kerjanya
Tidak sedikit investor yang mengambil keputusan investasi karena dipengaruhi oleh momentum Fear of Missing Out (FOMO). Momentum tersebut bisa menguntungkan, tetapi juga bisa merugikan.
Dalam investasi, FOMO bisa diciptakan dengan memperbesar likuiditas aset dengan menyebarkan hype untuk memancing investor lain membeli karena FOMO.
Para whale bisa menjual aset untuk menghindari crash, tetapi investor lain yang terjebak FOMO berpotensi merugi setelah transaksi karena nilainya turun yang dikenal sebagai exit liquidity.
Selain hype pasar, ada skenario yang sering memunculkan fenomena likuiditas keluar, yaitu:
1. Tren pasar
Untuk bisa melakukan penjualan, whale akan memanfaatkan tren atau berita positif. Hal tersebut dapat memengaruhi suatu aset dan mengundang investor baru tertarik untuk membeli.
Pada momen inilah, trader besar mulai menjual aset yang dimilikinya untuk keluar dari pasar.
2. Ketersediaan pembeli
Ketika whale ingin menjual aset yang sudah kehilangan nilainya, mereka membutuhkan investor lain sebagai pembeli. Ketersediaan pembeli bisa meminimalisir penjualan tidak menyebabkan harga turun drastis.
Namun, hal tersebut tidak menutup kemungkinan investor atau trader bisa merugi karena penurunan harga.
3. Pump and dump
Skema ini sering dipakai dipakai investor untuk menaikkan harga aset secara signifikan (pump) dan menjualnya dalam jumlah besar (dump). Strategi tersebut berpotensi menyebabkan kerugian pada investor baru karena harga yang tiba-tiba terkoreksi.
4. Minim informasi
Tidak sedikit korban exit liquidity berasal dari kalangan investor pemula yang baru mulai berinvestasi. Karena masih baru, investor belum memahami kondisi pasar dan aspek fundamental pasar secara mendalam.
Bahkan, trader baru yang memulai perjalanannya membeli aset berdasarkan tren atau rekomendasi tanpa melakukan analisis mendalam. Hal inilah yang menjadi bagian dari skenario likuiditas keluar.
5. Ketergantungan pada likuiditas pasar
Pada pasar yang memiliki volume perdagangan rendah, penjualan aset dalam jumlah besar mengharuskan pembeli yang cukup. Dengan begitu, tekanan jual bisa terserap dengan memanfaatkan likuiditas pasar.
Dalam praktik satu ini, investor kecil sering menjadi target exit liquidity oleh para whale.
Dampak exit liquidity
Mengingat risiko yang bisa dialami investor, terdapat beberapa dampak exit liquidity yang harus diwaspadai. Berikut beberapa dampak yang wajib diketahui.
1. Investor besar bisa keluar dari pasar
Bagi investor besar, mereka bisa keluar dari pasar dengan menjual aset untuk menghindari rugi dengan memanfaatkan exit liquidity. Dengan begitu, risiko bisa diminimalisir.
2. Kerugian investasi
Di balik keuntungan yang diterima investor besar, likuiditas keluar berpotensi merugikan untuk investor kecil dan pemula. Membeli aset di harga tinggi berisiko mengalami kerugian apabila harganya turun signifikan.
3. Hilangnya kepercayaan
Fenomena ini bisa merusak kepercayaan investor pada pasar atau suatu proyek tertentu, terutama terjadi secara berulang. Investor bisa tidak tertarik dengan proyek tersebut karena sentimen negatif.
Tips menghindari exit liquidity
Sebagai investor yang bijak, penting menghindari exit liquidity agar tidak mengalami kerugian besar. Berikut beberapa tips menghindari exit liquidity.
1. Analisis secara mendalam
Sebelum berinvestasi, investor wajib melakukan analisis pada instrumen yang diinvestasikan. Pastikan instrumen yang akan diinvestasikan membawa keuntungan atau tidak merugikan Anda setelah bertransaksi.
2. Diversifikasi portofolio
Untuk meminimalisir risiko investasi, Anda dapat menyebarkan dana investasi ke beberapa instrumen. Diversifikasi merupakan langkah yang bijak dan banyak dilakukan investor untuk melindungi investasi.
3. Menerapkan strategi manajemen risiko
Untuk mengurangi risiko menjadi likuiditas keluar, pertimbangkan untuk menerapkan strategi stop-loss order pada investasi Anda. Pesanan akan otomatis menjual aset Anda saat mencapai harga yang telah ditentukan sehingga mencegah kerugian lebih lanjut.
Hindari menginvestasikan sebagian besar modal Anda untuk mengurangi dampak penurunan satu investasi.
4. Menghindari panic buying dan FOMO
Likuiditas keluar bisa terjadi akibat investor melakukan panic buying dan FOMO. Untuk menghindari kerugian, tetap jaga rasionalitas dan analisis instrumen investasi sebelum mengambil keputusan investasi.
Pastikan untuk tetap mengikuti perkembangan terbaru di pasar untuk memantau kondisi. Selain itu, Anda bisa fokus pada investasi jangka panjang untuk menghindari keputusan impulsif berdasarkan emosi.
5. Memanfaatkan bantuan dan alat profesional
Jika Anda tidak yakin tentang investasi tertentu atau memerlukan petunjuk, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan penasehat keuangan atau pakar terpercaya.
Anda juga bisa memanfaatkan teknologi untuk melihat kondisi pasar untuk mengurangi kemungkinan pengambilan keputusan yang emosional.
Demikian informasi mengenai apa itu exit liquidity yang memungkinkan investor atau trader untuk bisa keluar dari pasar dengan harga wajar. Namun, investor pemula yang membeli aset tersebut bisa merugi karena likuiditasnya rendah.
Semoga bermanfaat!