Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perusahaan Global di Ukraina Kalang Kabut Akibat Invasi Rusia

Ilustrasi Konflik rusia-ukraina. Shutterstock/Tomasz Makowski

Jakarta, FORTUNE - Operasi militer khusus yang dilancarkan Rusia ke Ukraina membuat sejumlah entitas bisnis kalang kabut. Produsen bir Carlsberg dan perusahaan pembotolan Coca-Cola menutup pabrik sejak Kamis (24/2).

Sementara itu, perusahaan-perusahaan manufaktur mulai dari mesin jet hingga chip semikonduktor memperingatkan pasokan bahan baku utama bisa terganggu.

Ketakutan terburuk sejak Perang Dunia Kedua

Pasukan Rusia mulai menginvasi Ukraina melalui darat, udara, dan laut. Aksi itu membenarkan ketakutan terburuk Barat dengan serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Dilansir dari Reuters pada Jumat (25/2), banyak perusahaan dengan eksposur signifikan ke Rusia mengatakan, mereka masih menunggu untuk melihat kekuatan penuh sanksi Barat sebelum memutuskan tindakan apa pun. Para pemimpin Uni Eropa pun bertemu untuk memutuskan tindakan hukuman yang akan mereka terapkan sebagai pembalasan atas serangan Rusia tersebut. 

Berbagai sektor industri ikut terdampak dan perusahaan global di Ukraina dilanda kekhawatiran. Perusahaan asal Denmark, Carlsberg, yang menguasai 31 persen pangsa pasar bir di Ukraina itu menghentikan produksi di tiga pabrik. Coca-Cola mengatakan telah memicu rencana darurat termasuk penutupan pabrik pembotolannya.

Saham perusahaan merosot dan indikasi serangan siber

Bank domestik terbesar Inggris, Lloyds, menyatakan kewaspadaan terhadap serangan siber dari Rusia. Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Ukraina sedang mencari cara untuk melindungi staf mereka dari konflik.

Sementara perusahaan-perusahaan pendukung proyek Nord Stream 2 yang ditangguhkan, telah terpukul lebih dahulu. Washington telah memberlakukan sanksi terhadap perusahaan di belakang proyek pipa gas itu sejak Rabu (23/2).

Saham perusahaan utilitas Jerman, Uniper, jatuh sejak dimulainya serangan dan pemegang saham pengendalinya, yaitu Fortum dari Finlandia terpukul. Uniper sendiri memiliki pembangkit listrik di Rusia dan eksposur US$1 miliar terhadap proyek pipa gas Nord Stream 2.

Pendukung pendanaan proyek Nord Stream 2 lain, yakni Wintershall Dea, mengatakan penangguhan proyek dengan alasan politik akan memungkinkan operatornya untuk mencari kompensasi. Saham perusahaan kimia asal Jerman turun 5,6 persen. BASF memiliki Wintershall bersama dengan grup investor LetterOne milik miliarder Rusia Mikhail Fridman. Pendukung Nord Stream 2 lain, yaitu OMV dan Engie bernasib sama. Harga sahamnya juga lebih rendah.

Dari chip sampai jet

Perusahaan pengiriman barang asal Denmark mengatakan telah menutup operasinya di Ukraina yang mempekerjakan sekitar 230 orang. Sementara CNH Industrial mengatakan kepada surat kabar Italia La Repubblica bahwa mereka telah memberi uang kepada para staf dan akses mobil untuk mencapai zona aman.

"Hari ini, semua lalu lintas udara telah berhenti, penyeberangan perbatasan juga terkena dampak dan ditutup sehingga pada kenyataannya semua ditutup hari ini," kata Kepala Hubungan Investor DSV Flemming Ole Nielsen.

Dia menambahkan, bahwa sanksi yang diperkirakan kemungkinan akan berdampak besar terhadap keseluruhan perdagangan di Eropa Timur.

Perusahaan internasional lain, Nestle, mengatakan tengah memantau situasi dengan cermat. Nestle telah berada di Ukraina selama lebih dari 25 tahun. Perusahaan tersebut memiliki tiga pabrik dan sekitar 5.000 karyawan di sana dan saat ini keselamatan staf adalah prioritas.

Di sektor lain, sejak Kamis (24/2) produsen mesin jet Rolls-Royce dan Safran mengatakan telah meningkatkan pasokan titanium. Tindakan mereka mengantisipasi kemungkinan bahwa perusahaan kedirgantaraan Barat bersiap menghadapi dampak dari krisis Ukraina.

Titanium yang sebagian besar dipasok oleh Rusia, telah digunakan dalam mesin jet selama beberapa dekade. Namun, penggunaannya telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir karena para pembuat pesawat mencoba membuat jet lebih ringan.

Chief Executive Safran Olivier Andries mengaku perusahaannya telah mengamati situasi selama beberapa minggu. "Dan telah memutuskan sejak awal tahun untuk meningkatkan stok titanium kami terutama melalui distributor di Jerman," katanya.

Safran yang berasal dari Prancis dan Rolls-Royce dari Inggris juga kompak mengatakan mencari cara untuk mendiversifikasi sumber logam. Sebagai informasi, Rolls-Royce memenuhi 20 persen kebutuhan titaniumnya dari Rusia.

Berkat penimbunan dan pengadaan yang beragam, perusahaan-perusahaan chip besar memperkirakan gangguan rantai pasokan saat ini belum signifikan. Namun, beberapa sumber industri mengatakan kemungkinan dampak jangka panjang.

Ukraina memasok lebih dari 90 persen neon kelas semikonduktor ke Amerika Serikat (AS). Bahan itu penting untuk laser yang digunakan dalam pembuatan chip. Sementara gas yang merupakan produk sampingan dari manufaktur baja Rusia, dimurnikan di Ukraina. Demikian menurut perusahaan riset pasar Techcet.

Share
Topics
Editorial Team
Desy Yuliastuti
Bonardo Maulana
Desy Yuliastuti
EditorDesy Yuliastuti
Follow Us