Harga Emas Kini Terkoreksi Meski Sempat Cetak Rekor, Apa Penyebabnya?

- Emas internasional mencapai harga tertinggi sepanjang masa setelah kebijakan tarif AS, kini mengalami penurunan di zona merah.
- Penurunan harga emas disebabkan oleh tekanan pasar dan aksi melepas aset emas untuk menutupi kerugian dari portofolio saham.
- Ditambah dengan situasi sosial-politik di AS yang memengaruhi tingkat kepercayaan publik, membuat pasar emas berada dalam fase penyesuaian namun tetap memiliki potensi penguatan jangka menengah hingga panjang.
Jakarta, FORTUNE - Harga emas internasional sempat menyentuh harga tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) setelah presiden Amerika Serikat menerapkan kebijakan tarif ke sejumlah negara. Kendati demikian harganya saat ini bergerak di zona merah alias mengalami penurunan.
Berdasarkan Trading Economics, pada Senin (7/4) pukul 11:51 WIB, emas diperdagangkan di harga US$3.026 per ounce troy, turun tipis 0,30 persen secara harian. Meski begitu, harga emas saat ini masih berada di level tinggi.
Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan penurunan tersebut tidak jarang terjadi ketika pasar mengalami tekanan atau market meltdown. Kondisi ini membuat investor terpaksa melepas aset emas alias profit taking setelah kenaikan sangat besar sejak awal tahun.
Aksi ini juga bagian dari efek domino akibat kebijakan tarif Trump yang sebelumnya membuat saham AS rontok. Investor jangka pendek memilih melepas emas demi menutupi kerugian dari portofolio mereka di instrumen saham.
Lukman menilai bahwa saat ini tidak ada aset yang sepenuhnya aman. Kendati demikian kondisi saat ini dapat dimanfaatkan untuk masuk ke emas, dengan catatan tetap berhati-hati dalam mengambil posisi. Sebab ke depannya ia memperkirakan harga emas masih berpotensi naik hingga menyentuh US$3.350 per troy ounce setidaknya hingga akhir tahun ini, bahkan bisa menembus US$3.500.
"Sebaiknya jangan langsung all in, melainkan melakukan strategi dollar cost averaging, menyicil pada beberapa harga, baik itu lebih tinggi maupun rendah," kata Lukman kepada Fortune Indonesia, Senin (7/4).
Minat investor akan emas menurun
Sementara itu, Pengamat Komoditas dan Forex Ibrahim Assuabi menilai tekanan terhadap harga emas salah satunya disebabkan oleh aksi penarikan dana besar-besaran oleh fund besar di Amerika dan Eropa, yang kini lebih memilih memegang uang tunai. Hal ini disebabkan adanya ketakutan besar bahwa perang dagang ini bisa menyeret perlambatan ekonomi global yang lebih dalam.
Ditambah lagi dengan situasi sosial-politik dalam negeri Amerika Serikat. Gelombang demonstrasi yang merebak di berbagai negara bagian yang menentang pemotongan anggaran oleh pemerintahan Trump telah memengaruhi tingkat kepercayaan publik.
"Kekhawatiran akan potensi kekacauan sosial pun turut menekan minat terhadap emas dalam jangka pendek," sebut Ibrahim.
Semua faktor ini menjadikan pasar emas berada dalam fase penyesuaian, namun tetap menyimpan potensi penguatan dalam jangka menengah hingga panjang. Maka dari itu ia mengatakan ini adalah waktu yang tepat untuk membeli emas karena sedang terkoreksi.
Ia memproyeksikan harga emas bisa kembali menguat ke level US$3.200, didorong oleh perang dagang yang masih berlangsung serta ketegangan geopolitik global yang belum mereda.