Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Usai IPO, Sinar Terang (MINE) Siap Dorong Program Hilirisasi Nikel

IPO MINE di Bursa Efek Indonesia
Intinya sih...
  • PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (10/3).
  • MINE akan fokus mengoptimalkan peluang bisnis pada sektor pertambangan nikel dan memperbanyak alat berat.
  • Dana IPO sebesar Rp132,3 miliar akan digunakan untuk membeli alat berat baru, aset tetap, dan modal kerja perusahaan, serta mendukung program hilirisasi industri nikel di dalam negeri.

Jakarta, FORTUNE - Emiten jasa penunjang pertambangan, PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE), resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (10/3).

Usai melantai di BEI, saham MINE langsung mengalami auto reject atas (ARA) dengan penguatan 54 poin (25 persen) menuju posisi 270 dari harga perdana 216, dengan volume perdagangan sebesar 8,3 ribu saham dan nilai transaksi Rp226,29 juta.

Setelah resmi melakukan IPO, MINE akan fokus mengoptimalkan peluang bisnis pada sektor pertambangan nikel dengan memperbanyak alat berat yang dapat meningkatkan kegiatan operasional perseroan.

Dalam IPO ini, perseroan menawarkan 612.665.300 saham yang setara dengan 15 persen dari modal ditempatkan. Dengan harga perdana Rp216 per saham, MINE menggalang pendanaan Rp132,3 miliar.

Menurut prospektus, dana yang diperoleh dari hasil IPO akan digunakan untuk membeli alat berat baru demi mendukung operasionalisasi perseroan, dengan belanja setara 48 persen atau Rp63,21 miliar. Sementara itu, sekitar 11 persen atau Rp14 miliar akan dianggarkan untuk membeli aset tetap berupa tanah dan bangunan milik Sinjo Jefry Sumendap yang saat ini menjabat sebagai komisaris utama dan pemegang saham pengendali.

“Sisanya akan digunakan perseroan untuk modal kerja perseroan,” demikian manajemen perseroan dalam prospektus yang dikutip Senin (10/3).

Direktur Utama MINE, Ivo Wangarry, mengatakan peningkatan jumlah alat berat setelah IPO ini akan kian mendongkrak kemampuan perusahaan dalam penambangan nikel, yang bakal berdampak langsung terhadap pendapatan perseroan.

Program hilirisasi industri nikel di dalam negeri dan peningkatan kebutuhan dunia terhadap nikel juga akan menjadi peluang bisnis yang baik bagi perusahaan. 

“Berkembangnya ekosistem electric vehicle (EV/kendaraan listrik) dunia yang membutuhkan dukungan nikel memberi nilai tambah bagi perseroan untuk meningkatkan keuntungan dalam jangka panjang. Sebagai pelaku bisnis, kami berharap juga dapat mendukung Indonesia sebagai bagian penting dari rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik dunia,” kata Ivo. 

Ivo optimistis pendapatan perusahaan tersebut akan tumbuh pada 2025.

Laporan keuangan perseroan yang berakhir pada 31 Agustus 2024 menunjukkan perseroan mencetak pendapatan yang tumbuh 40,8 persen dari Rp968,05 miliar pada 2023 menjadi Rp1,36 triliun pada tahun lalu.

Sementara itu, laba periode berjalan perseroan pada 2024 tumbuh menjadi Rp225,17 miliar dari Rp59,52 miliar pada periode sama 2023.

Kenaikan pendapatan didorong oleh kenaikan total pergerakan material dari penambangan nikel sebesar 47,0 persen dari 6,7 juta bank cubic meter (bcm) pada 31 Agustus 2023 menjadi 9,8 juta bcm pada 31 Agustus 2024.

“Target pertumbuhan pendapatan, yang pasti kami lebih baik dari tahun kemarin,” kata Ivo di Gedung BEI, Jakarta, Senin (10/3).

MINE belum berencana menambah proyeknya. Saat ini, perusahaan telah mengantongi kontrak atas jasa penambangan di Sulawesi Tengah dengan PT Hengjaya Mineralindo (Hengjaya) serta kontrak jasa pengembangan dan pengoperasian pertambangan di Halmahera, Maluku Utara dengan PT Weda Bay Nickel (WBN).

Share
Topics
Editorial Team
pingit aria mutiara fajrin
Bonardo Maulana
pingit aria mutiara fajrin
Editorpingit aria mutiara fajrin
Follow Us