NEWS

Kadin Minta AS Adil Berikan Insentif Nikel untuk Kendaraan Listrik RI

Indonesia belum ada perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Kadin Minta AS Adil Berikan Insentif Nikel untuk Kendaraan Listrik RIKetua Umum KADIN INdonesia, Arsjad Rasjid. (dok. KADIN)
by
04 April 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta Amerika Serikat (AS) untuk lebih adil dalam memberikan subsidi hijau bagi mineral untuk kendaraan listrik.

Ketua Umum Kadin, Arsjad  Rasjid, menyatakan keprihatinannya atas ‘pengucilan’ terhadap mineral kritis Indonesia dari paket subsidi Amerika Serikat untuk teknologi hijau. Dia mengatakan Indonesia tengah bekerja sama dengan perusahaan multinasional untuk membangun rantai pasokan nikel terpisah untuk Cina dan non-Cina.

"Indonesia adalah teman bagi Cina dan negara Barat. Kami menyediakan mineral penting bagi Cina, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Kami berupaya memastikan memiliki portofolio inklusif baik Cina maupun non-China dalam sektor pertambangan nikel guna mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan,” kata Arsjad dalam keterangan pers, Selasa (4/4).

Pemerintah AS bakal menerbitkan pedoman kredit pajak bagi produsen baterai dan kendaraan listrik (EV) di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi dalam beberapa minggu ke depan. Undang-undang ini mencakup US$370 miliar dalam subsidi untuk teknologi energi bersih.

Namun, baterai yang mengandung komponen sumber Indonesia dikhawatirkan tetap tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak Inflation Reduction Rate (IRA) secara penuh, karena Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan dominasi perusahaan Cina dalam industri nikel.

Banyak perusahaan telah berinvestasi di Indonesia

Arsjad, yang juga Presiden Direktur Indika Energy, pun menegaskan bahwa Indonesia dapat memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan Amerika Serikat akan kendaraan listrik dan baterai. Pasalnya, Indonesia memiliki sepertiga dari dari total cadangan nikel dunia, dan merupakan yang terbanyak.

Menurutnya berbagai negara telah berinvestasi di Indonesia pada sektor pertambangan, khususnya untuk mengembangkan kendaraan listrik dan baterai, seperti LG, SK Group, Samsung, dan Hyundai.

Posisi para investor itu penting dalam hilirisasi industri nikel termasuk katoda, sel baterai, dan produksi kendaraan. Hadir juga LG Energy Solution yang tengah membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia dengan produsen mobil listrik Hyundai.

Arsjad juga menjelaskan peran penting Indonesia dan Asean sebagai alternatif untuk Cina. Dia berharap Amerika Serikat akan memberikan status yang setara kepada anggota Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) dengan negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas penuh dengan Amerika Serikat.

"Kami sedang berdiskusi tentang IPEF, dan semangat perjanjian itu adalah kerja sama. Jika Amerika mengecualikan ASEAN, rasanya sangat tidak adil," ujar Arsjad.

Ajakan Kadin untuk Amerika dan Uni Eropa

Dalam industri pengembangan kendaraan listrik, Arsjad juga mengajak Amerika maupun Uni Eropa untuk menaruh kepercayaan pada Indonesia dan negara Asean lainnya.

Dengan peran penting Indonesia dan Asean dalam rantai pasokan kendaraan listrik, Arsjad optimistis kawasan ini akan menjadi mitra strategis bagi Amerika Serikat, Uni Eropa maupun Cina dalam sektor energi bersih.

“Langkah ini diharapkan dapat memperkuat hubungan ekonomi dan politik bagi Asean terhadap global, serta memberikan manfaat bagi industri dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan,” katanya.

Related Topics