OJK Lihat Potensi Pemburukan Ekonomi, Harus Diversifikasi

- Ekonomi RI diambang pemburukan akibat efek perang tarif resiprokal AS
- OJK dorong diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada konsumsi rumah tangga
- Pertumbuhan kredit mencapai 10,27% dan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 turun menjadi 5,03%
Jakarta, FORTUNE - Ekonomi Indonesia diprediksi masih akan diambang pemburukan di tengah geopolitik efek perang tarif resiprokal yang diluncurkan Amerika Serikat (AS) ke sejumlah negara. Apalagi, International Monetary Fund (IMF) telah merevisi ke bawah ekonomi global pada 2025 menjadi 2,8 persen dari proyeksi sebelumnya di 3,3 persen.
"Kondisi terakhir dan prospek perkiraan perkembangan geopolitik, ekonomi, dan perekonomian global yang walaupun kita semua berharap tidak akan memburuk terlalu dalam, tapi nampaknya sampai saat ini kondisi pemburukan (ekonomi nasional) itu tidak terelakkan," ujar Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar pada saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin (28/4).
OJK dorong diversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi

Untuk itu, pihaknya menginisiasi kepada seluruh pelaku kebijakan agar mendiversifikasi motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Apalagi, saat ini ekonomi RI masih bergantung pada konsumsi rumah tangga. Mahendra juga menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya melalui kredit untuk mendorong ekonomi nasional.
“Bagaimana penghitungan dan perkiraan pertumbuhan dari pembiayaan, dari kredit, dari tingkat kesehatan, lalu tingkat kinerja dari industri keuangan yang ada di bawah pengawasan OJK," kata Mahendra.
Seperti diketahui, OJK mencatat pertumbuhan kredit pada Februari 2025 mencapai 10,27 persen menjadi Rp7.825 triliun, Sedangkan, NPL gross juga terkendali di level 2,22 persen dan NPL Net sebesar 0,81 persen. Sementara itu, serta LaR pada Februari 2025 mencapai 9,77 persen.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indoesia pada 2024 sebesar 5,03 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan capaian 2023 yang mencapai 5,05 persen.