Ekonomi RI Lampaui Ekspektasi, Tumbuh 5,12 Persen pada Kuartal II-2025

- Perekonomian Indonesia tumbuh 5,12 persen pada kuartal II-2025
- Pertumbuhan signifikan terjadi pada sektor jasa lainnya, transportasi, dan akomodasi
- Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97 persen, didorong oleh kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga
Jakarta, FORTUNE - Didorong lonjakan mobilitas masyarakat selama periode libur, perekonomian Indonesia tumbuh 5,12 persen secara tahunan (YoY) pada kuartal II-2025. Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa (5/8) melaporkan angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87 persen.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, menyatakan capaian ini menunjukkan pemulihan ekonomi yang solid. Secara kuartalan (QtQ), perekonomian tumbuh 4,04 persen, membalikkan kontraksi 0,98 persen pada kuartal sebelumnya.
“[Dengan demikian] pertumbuhan Indonesia pada kuartal II-2025 bila dibandingkan dengan kuartal II-2024 atau secara tahunan tumbuh 5,12 persen," kata Edy dalam konferensi pers.
Berdasarkan data BPS, Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.947 triliun, sementara atas dasar harga konstan mencapai Rp3.396,3 triliun.
Edy menyatakan sektor-sektor yang terkait langsung dengan pergerakan manusia menjadi motor utama pertumbuhan. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan melesat 8,52 persen, diikuti oleh penyediaan akomodasi dan makan minum yang tumbuh 8,04 persen.
Lonjakan ini sejalan dengan data mobile positioning data (MPD) BPS yang menunjukkan peningkatan signifikan pergerakan wisatawan Nusantara (wisnus) dan kenaikan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 13,96 persen.
“Pergerakan penduduk ini yang menyebabkan pertumbuhan sektor transportasi dan akomodasi melonjak cukup tinggi di kuartal II ini,” kata Edy.
Momentum libur nasional dan hari besar keagamaan juga mendorong konsumsi rumah tangga untuk tumbuh sebesar 4,97 persen (YoY). Peningkatan belanja terutama terjadi pada kebutuhan makanan, minuman, transportasi, dan akomodasi.
"Momentum libur dan hari besar keagamaan mendorong konsumsi bahan makanan dan makanan jadi, sementara mobilitas yang tinggi meningkatkan konsumsi transportasi dan akomodasi," ujarnya.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh komponen ekspor barang dan jasa yang melesat 10,67 persen. Diikuti oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang tumbuh kuat sebesar 6,99 persen. Pertumbuhan investasi ini terutama didorong oleh impor barang modal jenis mesin dan perlengkapan yang naik 25,30 persen.
Meskipun demikian, pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) masih terkontraksi 0,33 persen, sementara impor barang dan jasa, yang menjadi faktor pengurang PDB, juga tumbuh tinggi sebesar 11,65 persen.
Edy berharap tren positif konsumsi dan mobilitas masyarakat dapat terus berlanjut untuk menopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal-kuartal berikutnya.