Indonesia Gabung dengan NDB, Lembaga Keuangan Buatan BRICS

- Keanggotaan Indonesia di NDB diharapkan dapat mendorong percepatan transformasi pembangunan nasional dan memperkuat kemitraan pembangunan dengan negara-negara berkembang.
- NDB didirikan untuk membantu negara-negara berkembang dengan fokus pada proyek-proyek pembangunan berkelanjutan, energi baru dan terbarukan, serta pengelolaan sampah menjadi energi.
Jakarta, FORTUNE - Sebuah babak baru dalam diplomasi ekonomi Indonesia terukir kemarin (25/3) di Istana Merdeka, Jakarta. Presiden Prabowo Subianto secara resmi mengumumkan keputusan penting negara untuk menjadi anggota New Development Bank (NDB), sebuah lembaga keuangan multilateral yang diprakarsai oleh negara-negara BRICS.
Pengumuman tersebut disampaikan usai Prabowo melangsungkan pertemuan bilateral dengan Presiden NDB, Dilma Vana Rousseff, yang tengah berada di Jakarta dalam rangka kunjungan kerja.
Keputusan untuk bergabung dengan NDB ini menandai langkah proaktif Indonesia dalam memperkuat jalinan kerja sama pembangunan dengan negara-negara berkembang lainnya, sekaligus mempertegas peran aktifnya dalam arsitektur keuangan global. Selepas pertemuan itu, Presiden Prabowo mengungkapkan keyakinannya bahwa langkah ini akan membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa.
“Tim keuangan kita sudah menilai. [Melalui] pembicaraan dengan tim keuangan kita, pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk bergabung dengan New Development Bank,” kata Prabowo dalam keterangan yang diberikan setelah menyelesaikan pertemuan tersebut.
Presiden Prabowo menaruh harapan besar agar keanggotaan di NDB dapat menjadi motor penggerak bagi percepatan agenda transformasi pembangunan nasional yang tengah digalakkan.
“Saya pikir bank pembangunan multilateral yang baru ini dapat menjadi pendorong kuat untuk mempercepat strategi transformasi kita,” ujarnya.
NDB didirikan pada Juli 2014 oleh negara-negara BRICS dengan tujuan utama memobilisasi pendanaan untuk proyek-proyek pembangunan berkelanjutan dan memacu pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
Rousseff menyambut baik keputusan Indonesia. Ia menyatakan NDB didirikan dengan fokus utama membantu negara-negara berkembang. Mengingat posisi Indonesia sebagai negara besar di antara negara berkembang, Rousseff menegaskan keanggotaan Indonesia menjadi prioritas. Ia juga menyoroti betapa pentingnya peran Indonesia pada tingkat regional maupun global, serta keselarasan antara kepentingan Indonesia dan NDB.
Dia juga memberikan penekanan khusus pada prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi oleh NDB. Ia menegaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya sangat menghormati kedaulatan setiap negara anggota, termasuk prioritas pembangunan, strategi yang dipilih, serta program-program yang telah dirancang. Dalam konteks ini, Rousseff mengapresiasi Indonesia yang memiliki perencanaan pembangunan jangka menengah dan panjang yang jelas, sebagaimana tecermin pada daftar 77 proyek strategis nasional.
”Kita memiliki pemahaman yang sama dan cocok karena kita tertarik di area yang sama, investasi di infrastruktur, logistik, jalur kereta, jalan, pelabuhan, bandara. Kami sudah berinvestasi pada konektivitas digital menggunakan ekonomi digital. Kami juga tertarik pada transisi energi, dan Indonesia adalah negara terdepan dalam bahan bakar ramah lingkungan seperti biodiesel dengan B40,” kata Rousseff.
Bahkan, Rousseff secara terbuka menyatakan kekagumannya atas pencapaian Indonesia dalam pengembangan biodiesel, yang telah mencapai level B40, jauh melampaui Brasil yang baru mencapai B17. Selain itu, NDB juga menunjukkan ketertarikan yang besar untuk mendukung inisiatif Indonesia dalam pengembangan energi baru dan terbarukan, serta pengelolaan sampah menjadi sumber energi.
Komitmen NDB mencakup dukungan terhadap pembangunan yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja, termasuk melalui investasi di sektor sains, pendidikan, teknologi, dan inovasi.
“Semua negara anggota NDB akan sangat senang mendengar pengumuman ini. Ini adalah keputusan penting, dan bagi kami, Indonesia memiliki arti yang sangat besar,” ujarnya.