NEWS

Inggris, Negara Pertama yang Izinkan Obat Anti COVID-19 dari Merck

Molnupivarir diklaim mencegah 50 persen risiko kematian.

Inggris, Negara Pertama yang Izinkan Obat Anti COVID-19 dari MerckShutterstock/Zerbor
05 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Kesehatan Inggris resmi memberikan persetujuan bagi penggunaan obat (oral) anti COVID-19, Molnupiravir, buatan Merck. Dengan begitu, negara tersebut menjadi yang pertama dalam mengedarkan obat tersebut kepada masyarakat luas.

Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) telah merekomendasikan penggunaan obat Molnupiravir pada pengidap COVID-19 dewasa. Menurut otoritas itu, obat akan diberikan sesegera mungkin setelah seseorang dinyatakan positif terinfeksi dan memiliki gejala.

Molnupiravir ditujukan bagi pengidap COVID-19 bergejala ringan hingga sedang, serta memiliki risiko keparahan dari penyakit bawaan, seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.

Sejak merilis data penelitiannya bulan lalu, obat tersebut telah diawasi secara ketat oleh regulator. Hasil uji klinis menunjukkan Molnupiravir dapat mengurangi risiko kematian maupun perawatan di rumah sakit bagi penderita COVID-19 hingga 50 persennya. Obat ini diberikan pada saat awal bergejala.

Stephen Powis, Direktur Medis Nasional untuk Layanan Kesehatan Nasional (NHS) di Inggris, mengatakan obat itu akan diberikan kepada pasien dengan risiko komplikasi lebih tinggi. Terlebih, Inggris sebentar lagi memasuki musim dingin paling menantang.

Menurut Powis, obat itu kelak akan didistribusikan secara lebih luas. Itu jika manfaat klinis maupun ekonomisnya dalam mengurangi risiko perawatan atau kematian terbukti.

“Kami pemerintah dan NHS sekarang bekerja untuk segera melakukan perawatan dengan obat ini kepada pasien secara lebih awal. Melalui uji secara nasional, kami dapat mengumpulkan lebih banyak data tentang bagaimana antivirus ini bekerja pada populasi yang sebagian besar sudah divaksinasi," kata Menteri urusan vaksin Inggris, Maggie Throup, Jumat (5/11) seperti dikutip dari Reuters.

Game changer penanganan pandemi

Suerie Moon, salah satu direktur pada Pusat Kesehatan Global di Jenewa, Swiss, mengatakan persetujuan pertama Molnupiravir ini menjadi hal yang sangat signifikan.

Sementara itu, William Fischer, seorang dokter dan profesor perawatan paru di University of North Carolina, mengatakan pil itu memberikan kesempatan untuk membantu mengatasi ketidakadilan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit akibat virus corona. 

"Pil ini memang memainkan peran yang sangat penting dalam hal memastikan bahwa orang memiliki akses yang sama ke perawatan,” kata Fischer dikutip dari The Washington Post.

Para ahli berharap obat tersebut—jika mendapar izin edar lebih luas—dapat membantu memerangi pandemi COVID-19. Pasalnya,pil lebih mudah diambil, diproduksi, dan disimpan daripada vaksin. 

Merck selaku produsen juga telah setuju untuk berbagi lisensi pil dengan sejumlah produsen lain, seperti perusahaan farmasi dari India dan Medicines Patent Pool, sebuah organisasi nirlaba yang didukung PBB. Ini setelah lebih dari 50 perusahaan farmasi dari seluruh dunia menanyakan perjanjian lisensi obat tersebut.

“Kami akan terus bergerak dengan tegas dan mendesak untuk membawa Molnupiravir kepada pasien di seluruh dunia secepat mungkin,” kata Presiden Merck, Robert M. Davis, melalui keterangan resmi.

Indonesia sudah melakukan pendekatan

Sampai saat ini baru beberapa negara berminat memanfaatkan Molnupiravir. Amerika Serikat dikabarkan telah melakukan pembelian obat tersebut dengan biaya sekitar U$1,2 miliar, atau US$700 per pengobatan. Negara-negara lain yang juga telah mencapai kesepakatan dengan Merck antara lain Australia, Singapura, dan Korea Selatan.

Sementara itu, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pemerintah sebelumnya telah mendekati Merck ihwal pengadaan obat tersebut. Bahkan, katanya, pemerintah telah mendatangi beberapa pabrik farmasi di dunia yang telah beroleh lisensi dari Merck untuk membeli obat itu.

“Diperkirakan mudah-mudahan Desember nanti (obar itu) bisa datang,” kata Budi, Selasa (26/10), seperti dilansir Antara. Menurut Budi, pemerintah sedang berdiskusi soal tawaran Merck memproduksi obatnya di Indonesia sehingga ketahanan kesehatan dalam negeri menjadi lebih baik.

Obat tersebut berdosis 2x800 mg berjumlah 40 tablet untuk diminum oleh pasien COVID-19 2x4 tablet per hari. Menurutnya, obat itu hanya diperuntukkan bagi pasien bergejala ringan dan tidak digunakan di rumah sakit. “Obat ini diberikan ke orang yang saturasinya masih di atas 95 persen. Tujuannya mencegah 50 persen dia masuk rumah sakit,” katamya.

Related Topics