Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

P&G PHK 7.000 Karyawan Global dalam 2 Tahun, Ini Alasannya

png phk.png
Logo P&G (Dok. Procter & Gamble)
Intinya sih...
  • P&G akan PHK 7.000 karyawan global dalam dua tahun mendatang.
  • Biaya restrukturisasi mencapai US$1,6 miliar, dipicu oleh ketidakpastian ekonomi dan tarif AS.
  • Fokus pada merek inti seperti Tide, Pampers, dan Old Spice untuk memperkuat daya saing di pasar global.

Jakarta- FORTUNE - Procter & Gamble atau P&G mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 7.000 karyawan secara global dalam dua tahun ke depan. Perusahaan barang konsumen global ini mengambil kebijakan PHK sebagai bagian dari program restrukturisasi skala besar.

Program tersebut merupakan respons terhadap tantangan ekonomi global. Salah satunya akibat kebijakan tarif dagang Amerika Serikat.

P&G PHK 7.000 karyawan mencakup sekitar 6% dari total tenaga kerja global P&G. PHK akan difokuskan pada posisi non-manufaktur. Restrukturisasi juga meliputi penyederhanaan struktur organisasi, perluasan cakupan peran, serta pengurangan jumlah tim dalam unit-unit tertentu.

Biaya restrukturisasi capai US$1,6 Miliar

Andre Schulten sebagai Chief Financial Officer (CFO) P&G menyampaikan program restrukturisasi ini penting untuk memastikan daya tahan bisnis dalam jangka panjang.

"Program ini adalah langkah penting untuk memastikan kemampuan kami dalam mencapai target jangka panjang dua hingga tiga tahun ke depan," ujar Schulten dalam konferensi konsumen Deutsche Bank di Paris, dikutip dari Reuters.

P&G memperkirakan akan mencatat biaya restrukturisasi sebesar US$1 miliar hingga US$1,6 miliar atau sekitar Rp16 triliun hingga Rp25,6 triliun. Sekitar 25% dari total biaya tersebut bersifat non-tunai, seperti depresiasi atau penurunan nilai aset.

Tak hanya itu, P&G juga berencana menghentikan penjualan beberapa kategori produk. P&G juga akan melakukan divestasi terhadap merek-merek dengan kinerja rendah di sejumlah pasar.

Imbas tarif AS

Restrukturisasi P&G dipicu oleh kenaikan tarif impor yang diberlakukan selama masa pemerintahan Presiden AS, Donald Trump. Meskipun sekitar 90% produk P&G diproduksi secara lokal, perusahaan masih mengimpor bahan baku dan produk jadi dari luar negeri terutama dari Tiongkok.

Kenaikan tarif tersebut berdampak langsung pada lonjakan biaya produksi, khusunya bahan baku dan kemasan. Untuk menjaga margin keuntungan, Schulten menegaskan perusahaan akan mengeksplorasi semua opsi. Mulai dari efisiensi operasional hingga penyesuaian harga produk di pasar.

Fokus pada merek inti dan penguatan portofolio

Sebagai bagian dari strategi efisiensi, P&G akan meninggalkan pasar-pasar yang dianggap tidak strategis serta memangkas lini produk dengan pertumbuhan rendah. Perusahaan juga akan memfokuskan investasi dan perhatian pada merek-merek utama seperti Tide (deterjen), Pampers (popok bayi), dan Old Spice (perawatan pria).

Dalam beberapa tahun terakhir, langkah efisiensi P&G telah dilakukan melalui:

  • Penarikan operasi dari Argentina

  • Restrukturisasi unit bisnis di Nigeria

  • Penjualan merek Vidal Sassoon di Tiongkok

  • Pelepasan merek-merek lokal di Amerika Latin dan Eropa.

Per Juni 2024, P&G tercatat memiliki sekitar 108.000 karyawan secara global. Dengan rencana pemangkasan 7.000 posisi, struktur organisasi perusahaan akan mengalami perubahan signifikan.

Langkah ini bukan hanya upaya penghematan, tetapi bagian dari strategi jangka panjang untuk menjaga daya saing dan memperkuat kelangsungan bisnis di tengah kondisi global yang tidak pasti.

Adapun informasi lebih lanjut mengenai kategori produk dan wilayah yang akan dihentikan operasinya oleh P&G akan diumumkan pada Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ana Widiawati
EditorAna Widiawati
Follow Us