Riset YouGov: 58 Persen Konsumen Indonesia Cek Harga Online

- 58 persen konsumen Indonesia membandingkan harga sebelum berbelanja
- 46 persen konsumen Indonesia mementingkan variasi produk
- 26 persen konsumen pilih berbelanja di minimarket
Jakarta, FORTUNE – Perilaku konsumen Indonesia dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari telah bergeser secara signifikan menjadi lebih cermat dan selektif. Riset terbaru dari YouGov menunjukkan 58 persen konsumen kini aktif memanfaatkan situs web atau aplikasi pembanding harga sebelum membeli sebuah barang, menandai lahirnya era "value shopper" atau pembeli cerdas.
Fakta ini terungkap dalam laporan “The Rise of Value Shoppers: APAC Grocery Retail 2025,” yang membandingkan kebiasaan belanja di Indonesia dengan Singapura, Hong Kong, Australia, dan Thailand. Menurut laporan tersebut, kenaikan harga secara umum mendorong konsumen untuk berfokus pada nilai. Namun, di Indonesia, tren ini berpadu unik dengan preferensi pada kepraktisan dan lokasi yang mudah dijangkau.
"[Konsumen] semakin cerdas, terhubung secara digital, dan terus membandingkan harga. Oleh karena itu, pelaku usaha harus selalu memperjuangkan loyalitas konsumen,” kata Edward Hutasoit, General Manager YouGov Indonesia & India, dalam keterangan resminya di Jakarta, dikutip Kamis (14/8).
Meskipun harga tetap menjadi pertimbangan utama bagi 59 persen konsumen—yang mendorong mereka mengurangi belanja barang seperti makanan instan, camilan, hingga daging dan telur—faktor lain kini memegang peranan penting.
Riset ini menemukan:
46 persen konsumen Indonesia juga sangat mementingkan variasi produk yang tersedia.
32 persen responden mempertimbangkan kebersihan dan tata letak toko sebagai faktor kunci dalam memilih tempat berbelanja.
Hal ini menunjukkan strategi diskon saja tidak lagi cukup memenangkan hati konsumen.
Di tengah pergeseran ini, riset YouGov menyoroti beberapa peluang strategis bagi para pelaku bisnis ritel.
Minimarket tetap menjadi pilihan utama bagi 26 persen responden, diikuti oleh toko kelontong (21 persen) dan pasar tradisional (18 persen). Dominasi format toko yang dekat dengan pemukiman ini menggarisbawahi pentingnya aksesibilitas.
Sebanyak 65 persen responden menganggap belanja kebutuhan harian sebagai aktivitas keluarga. Ini membuka celah untuk strategi promosi dan pengalaman di dalam toko yang menargetkan kebersamaan.
Media sosial terbukti menjadi saluran iklan paling efektif, dengan 77 persen responden melihat iklan produk. Selain itu, 59 persen konsumen selalu membuat daftar belanja, menunjukkan bahwa mereka adalah pembeli terencana.
“Laporan ini menegaskan pentingnya memahami perilaku konsumen secara nyata. Strategi ritel, harga, dan pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi lokal akan membuat pelaku usaha tetap relevan dan kompetitif,” ujar Edward.