Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Sri Mulyani: Banyak Negara Sulit Kelola APBN Seperti RI saat Pandemi

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam dalam peluncuran Beasiswa Fellowship Dokter Spesialis Dalam dan Luar Negeri, Senin (8/5). (Dok. kemenkeu)

Jakarta, FORTUNE - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan pengelolaan APBN Indonesia selama pandemi sulit dilakukan oleh negara lain. Sebab, dalam kurun tiga tahun Indonesia berhasil melakukan konsolidasi fiskal dengan menurunkan kembali defisit APBN ke bawah 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Sebagai gambaran, ketika perekonomian terguncang akibat Covid-19 pada 2020, realisasi defisit APBN mencapai 6,1 persen terhadap PDB. Sementara itu, pada akhir tahun lalu realisasi defisit mencapai 2,4 persen.

Bagi negara lain, penurunan defisit besar-besaran bisa berdampak terhadap pemotongan anggaran belanja negara dan mengganggu program-program pemulihan ekonomi dari dampak Covid-19, katanya.

"Mungkin perlu dilihat banyak negara lain yang sangat sulit untuk mengonsolidasikan fiskal dengan magnitude yang sama hanya kurang dari 3 tahun. Karena jika hal itu terjadi, biasanya banyak negara akan mengalami situasi di mana perekonomiannya akan terganggu," ujarnya dalam seminar “Muslim World Resilience in Anticipating the Global Economic Uncertainties”, Rabu (10/5).

Pada sisi lain, meskipun perekonomian Indonesia sempat mengalami kontraksi lebih dari 5 persen pada 2020, pemulihannya dapat berlangsung relatif cepat. Pada 2021, misalnya, perekonomian Indonesia dapat tumbuh 3,7 persen.

Bahkan pada kuartal kedua tahun tersebut, pertumbuhannya bisa mencapai 7,1 persen, berkebalikan dari periode tahun sebelumnya yang terkontraksi 5,2 persen. Dalam momentum pemulihan itu, Indonesia memanfaatkan kesempatan untuk memulihkan situasi fiskalnya.

Manfaatkan momentum pemulihan

Defisit APBN Indonesia turun dari 6,1 persen pada 2020 menjadi 4,6 persen pada 2021. Menurut Sri Mulyani, penurunan defisit 1,5 persen dari PDB dalam satu tahun merupakan konsolidasi yang sangat besar. Di banyak negara lain, defisit 2021 masih sangat tinggi meskipun perekonomian mereka sudah mulai pulih.

Demikian pula pada 2022. Awalnya, pemerintah memperkirakan defisit akan mencapai lebih dari 3 persen dari PDB sehingga defisit dirancang pada level 4,9 persen dari PDB. Namun, dengan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut dan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen, defisit pada akhir tahun ternyata turun menjadi 2,4 persen dari PDB.

"Karena kita berpikir pemulihan ekonomi masih sangat lemah dan rentan, sehingga kita harus mendukung dan mengelola proses pemulihan ini dengan hati-hati," ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan penurunan defisit 2,4 persen dalam satu tahun (dari 4,6 persen pada 2021) merupakan prestasi besar bagi Indonesia.

Sebab, setelah tahun pertama pandemi, konsolidasi fiskal Indonesia dalam kurun 2020-2022 mencapai lebih dari 3 persen terhadap PDB. Itu menunjukkan bahwa Indonesia berhasil mengelola pemulihan ekonomi dengan baik sehingga dapat memperbaiki situasi fiskal negara secara signifikan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
Hendra Friana
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us