3 Strategi Kampanye "Brand" di Twitter agar Efektif saat Ramadan
Sentimen positif menyambut Ramadan jadi peluang gaet audiens

Jakarta, FORTUNE - Jelang Ramadan, Twitter membagikan tiga hal penting yang dapat dimanfaatkan oleh brand dalam meluncurkan kampanye yang efektif di platform mereka.
Country Industry Head Twitter Indonesia Dwi Adriansah mengatakan, Twitter menjadi salah satu platform utama yang digunakan masyarakat untuk melakukan percakapan dan mengekspresikan perasaan, dan mendapat rekomendasi belanja saat Ramadan.
“Dengan karakter percakapan di Twitter yang real time, merek dapat langsung terhubung dengan audiens yang reseptif sehingga dapat memberikan dampak untuk kampanye yang dijalankan oleh merek,” kata Dwi, dikutip dari keterangan resmi Twitter Indonesia, Rabu (16/3).
Menurut data Twitter, percakapan seputar bulan Ramadan dimulai lebih awal dan mencapai puncaknya dua kali, yaitu di awal dan akhir Ramadan. Dibandingkan dengan rata-rata percakapan per hari, terdapat peningkatan percakapan sebesar 87 persen di hari pertama Ramadan dan peningkatan sebesar 123 persen di hari terakhir Ramadan di 2021.
Sentimen percakapan seputar Ramadan semakin positif dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 79 persen di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 sebanyak 74 persen.
Apabila di tahun 2020 masyarakat masih beradaptasi dengan “new normal,” maka di tahun 2021 sudah mulai menemukan caranya untuk bisa hidup dengan keadaan yang dan kebiasaan-kebiasaan baru.
Dwi mengungkapkan, masyarakat memiliki sentimen yang lebih positif dalam menyambut Ramadan tahun ini, meskipun ada berbagai tantangan. Optimisme masyarakat bisa mendorong brand memiliki kesempatan besar untuk menghadirkan kampanye yang relevan.
Dengan ramainya percakapan seputar Ramadan di Twitter, Twitter merangkum tiga insight penting bagi brand agar kampanye Ramadan di Twitter yang lebih efektif.
1. Masyarakat Indonesia saling terhubung dengan aktif di media sosial

Media sosial digunakan untuk menghibur diri selama pandemi Covid-19. Sebanyak 74 persen warga Twitter di Indonesia memutuskan untuk lebih aktif di media sosial selama bulan Ramadan, 67 persen berencana untuk streaming film/serial TV favorit, dan 36 persen lainnya berencana untuk berbelanja secara online.
Selain itu, Ramadan adalah saat yang tepat untuk terhubung dengan anggota keluarga atau komunitas yang turut merayakan. Sebanyak 44 persen menggunakan media sosial dan tertarik untuk saling berbagi dengan sesama.
Bulan Ramadan juga identik dengan momen belanja, di mana percakapan tentang belanja Ramadan tahun ini meningkat 2,9 kali dibandingkan tahun sebelumnya. Topik belanja menjadi lebih ramai dibicarakan saat orang-orang menerima Tunjangan Hari Raya (THR).
Mulai dari momen cairnya THR, percakapan di Twitter meningkat satu minggu sebelum Idulfitri, di mana mereka saling berbagi tentang rencana untuk berbelanja serta menyenangkan diri sendiri dan keluarga menjelang hari raya.
2. Tweet yang penuh harapan

Meski tantangan dan kekhawatiran masih ada, tetapi masyarakat Indonesia lebih optimis dalam menyambut Bulan Suci tahun ini. Sebanyak 58 persen pengguna Twitter berharap kondisi akan menjadi lebih baik sebelum April 2022. Dari data tersebut, 70 persen yang berusia di atas 30 tahun lebih optimis dibanding 55 persen yang berusia 18–29 tahun.
3. Twitter menjadi referensi bagi warganet untuk mencari beragam konten Ramadan

Data Twitter menunjukkan, sebanyak 91 persen warga Twitter di Indonesia berencana untuk berbelanja selama bulan Ramadan. Adapun 36 persen di antaranya berencana untuk lebih sering berbelanja. Survei Twitter juga menunjukkan adanya perbedaan minat antara Gen Z dan generasi sebelumnya.
Sebanyak 94 persen Gen Z berencana untuk berbelanja dan lebih tertarik melihat konten, seperti 52 persen promosi atau diskon dan 45 persen konten pertunjukan konser virtual. Sementara, generasi sebelumnya lebih tertarik mencari cara untuk terhubung dengan orang lain dari sisi spiritual. Sebanyak 61 persen tertarik melalui konten motivasi, seperti konten doa, saran, kata-kata bijak. Selanjutnya, 50 persen warganet tertarik dengan cara membantu sesama.
“Merek dapat menjadi bagian dari percakapan melalui konten-konten yang disukai oleh Gen-Z saat bulan Ramadan. Mereka ingin melihat lebih banyak pertunjukkan atau konser virtual dan konten belanja Ramadan. Misalnya, ulasan produk, promosi dan acara belanja. Sedangkan generasi sebelumnya, merek dapat memberikan konten motivasi dan cara untuk saling berbagi dengan sesama,” kata Dwi.
Menurut Dwi, Twitter merupakan tempat di mana percakapan Ramadan terjadi. Dengan begitu, merek bisa memanfaatkan tingginya antusiasme masyarakat yang datang ke Twitter selama Ramadan dengan menjadi bagian dari percakapan. Ia menyampaikan bahwa kemampuan masyarakat akan adaptasi dengan kebiasaan baru pada tahun ini merupakan kesempatan merek untuk meluncurkan kampanye yang menjadi jawaban bagi para audiens.
Dengan ketertarikan orang-orang di Twitter terhadap konten inspirasi belanja, rekomendasi produk, pertunjukkan/konser virtual dan saling berbagi kepada sesama, brand yang bisa menjadi bagian dari percakapan dapat meningkatkan keberhasilan kampanye mereka di Twitter.