SHARIA

Tabungan di BSI Tumbuh 11,57% hingga Kuartal III 2021

Tabungan BSI di bawah BRI, Mandiri, BCA, BNI, dan BTN.

Tabungan di BSI Tumbuh 11,57% hingga Kuartal III 2021ShutterStock/CahyadiSugi
08 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Di tengah pandemi Covid-19, tren pertumbuhan dana murah berupa tabungan masyarakat di PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) tumbuh positif sekitar 11,57 persen. Hal tersebut menempatkan BSI berada di peringkat lima besar perbankan nasional dari sisi tabungan. Penghimpunan tabungan BSI masih berada di bawah BRI, Mandiri, BCA, BNI, dan BTN.

Hingga kuartal III tahun 2021, BSI mencatat pertumbuhan tabungan sebesar 11,57 persen (year on year/yoy) menjadi Rp91,43 triliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Adapun penghimpunan dana Tabungan Wadiah BSI mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi, yakni sekitar 16,22 persen (yoy) atau mencapai Rp30,35 triliun.

Kepercayaan masyarakat meningkat

Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho mengatakan pertumbuhan dana murah berupa tabungan yang positif tersebut menjadi indikator bahwa masyarakat semakin percaya atas layanan jasa keuangan BSI.

“Penghimpunan tabungan kami nomor 5 dan ini menggambarkan kepercayaan masyarakat kepada BSI yang semakin meningkat,” ujar Cahyo dalam BSI Market Outlook 2022: Winning The Post-Pandemic Economy yang digelar secara hybrid, Selasa (7/12).

Kepercayaan tersebut diraih BSI, kata dia, atas keberhasilan manajemen dalam mengintegrasikan operasional dan layanan ke dalam single system yang rampung 1 November lalu, pascaketiga entitas bank asal telah resmi dimerger pada 1 Februari 2021.

Data survei internal BSI mengungkap, sebanyak 43 persen masyarakat Indonesia bersedia menggunakan jasa layanan perbankan bank syariah. Namun, saat ini baru sekitar 7 persen saja yang baru tergarap. “Ini riset kami. Tentunya ini buat kami potensi market yang sangat menarik,” ujarnya.

Optimisme Cahyo itu pun tak terlepas dari kondisi ekonomi yang perlahan tapi pasti bergerak ke arah yang lebih positif. Di mana pemerintah cukup berhasil dalam mengendalikan pandemi Covid-19 dan dapat mengatrol pertumbuhan ekonomi melalui berbagai stimulus yang tepat.

Ade Cahyo juga mengatakan kini perbankan sedang mengalami kelebihan likuiditas, termasuk BSI. Ia menyampaikan, pihaknya sedang menyiapkan berbagai strategi dan rencana untuk mengelola kelebihan likuiditas tersebut.

"Ada tantangan kita untuk mengelola excess likuiditas hampir Rp70 triliun sekarang yang kebetulan didominasi oleh tabungan," katanya.

Hal ini menyebabkan cost of fund BSI bisa sangat kompetitif dan menawarkan pembiayaan-pembiayaan yang murah. Hingga kuartal III tahun 2021, BSI mencatat pertumbuhan tabungan sebesar 11,57 persen (yoy) menjadi Rp91,43 triliun.

Optimistis perbankan syariah terus tumbuh

Pelaku perbankan syariah optimistis 2022 akan menunjukkan pertumbuhan positif. Keyakinan ini semakin meningkat karena perbankan syariah terus berbenah diri dan meningkatkan pelayanan. Selain itu, bank syariah dengan keunikannya yang tidak hanya menawarkan jasa dari sisi bisnis, tapi juga mengajak pada menunaikan kebaikan.

Chief Economist BSI Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, sentimen positif dipengaruhi keberhasilan pemerintah menangani kasus Covid-19. Kondisi tersebut mendorong pemerintah melakukan pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), sehingga kuartal III tahun 2021 ekonomi kembali menggeliat. Banjaran menilai, dengan pengalaman pemerintah yang baik dalam penanganan pandemi dan stimulus yang tepat di sektor ekonomi, jika ada gelombang krisis berikutnya ekonomi Indonesia tidak akan terlalu terguncang.

“Kalau kita melewati minggu ketiga dan keempat Desember ini tanpa adanya shock, karena cycle-nya pandemi itu tiap beberapa bulan. Pada Januari 2022 kita akan flying, sehingga kita bisa recovery seperti yang kita mau,” ujarnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Andry Asmoro mengatakan dengan langkah pemerintah memulihkan ekonomi dari efek pandemi, pihaknya memproyeksikan ekonomi akan kembali bangkit secara bertahap ke level pre-Covid pada pertengahan 2022. 

“Kami memprediksi sektor yang akan pulih terlebih dahulu dengan cepat  adalah yang berhubungan dengan kebutuhan dasar.  Utamanya makanan dan minuman. Kemudian durable goods yang akan pulih berikutnya,” ujarnya. 

Related Topics