Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Kloter Terakhir Jemaah Haji Kalsel Tiba, Dua Belum Pulang
Petugas haji Debarkasi Banjarmasin saat menyambut kedatangan pesawat rombongan Kloter terakhir di Bandara Syamsudin Noor, di Banjarbaru, Selasa (8/7/2025) malam. (dok/Kemenag Kalsel)

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Haji dan Umrah Republik Indonesia tengah mempersiapkan model pendidikan dan pelatihan (diklat) terpadu dengan pendekatan semi-militer bagi calon Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Tahun 1447 H/2026 M. Dalam skema baru ini, para petugas akan menjalani pola pelatihan intensif menyerupai kehidupan barak untuk membentuk karakter, kedisiplinan, ketahanan fisik, serta kesiapan mental dalam memberikan layanan kepada jemaah.

Informasi tersebut dipaparkan Tim Kelompok Kerja (Pokja) Diklat PPIH di bawah Direktorat Jenderal Bina Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenhaj RI dalam sesi presentasi kepada Menteri dan Wakil Menteri Haji dan Umrah RI pada Selasa, 10 Desember 2025. Pelatihan dirancang melibatkan unsur lintas sektor mulai dari TNI, Polri, hingga tenaga kesehatan sebagai langkah memperkuat kompetensi petugas agar lebih profesional dan tangguh di lapangan.

Anggota Tim Pokja Diklat PPIH 2026 M, Letkol Arm Tulus Widodo, menjelaskan bahwa agenda tersebut berfokus pada penyampaian konsep serta mekanisme pelatihan khusus bagi calon petugas PPIH Arab Saudi.

“Agenda hari ini adalah presentasi di depan Menteri dan Wakil Menteri Haji dan Umrah RI. Kami menyiapkan pendidikan dan latihan khusus bagi calon Petugas Penyelenggara Ibadah Haji PPIH Arab Saudi 1447 H/2026 M,” ujar Tulus dalam keterangan pers, Rabu (31/12).

Ia menuturkan, porsi pelatihan akan menitikberatkan pada pembinaan jasmani (Binjas) sebagai elemen utama pendukung tugas petugas haji, dengan kesehatan sebagai prioritas utama. “Faktor utama dalam mendukung pelaksanaan tugas PPIH adalah kesehatan. Karena itu, kegiatan Binjas kami susun secara terprogram dan terarah sesuai arahan Menteri,” katanya.

Menurut Tulus, materi latihan mencakup jalan sehat, senam kebugaran, hingga baris-berbaris yang difungsikan untuk memperkuat karakter dan disiplin petugas. “Pelatihan ini bisa dikatakan seperti semi-militer. Namun perlu ditegaskan, ini bukan menjadikan petugas sebagai militer, melainkan pendekatan semi-militer untuk membentuk karakter, disiplin, dan rasa bangga dalam melaksanakan tugas sebagai petugas haji,” ujarnya.

Ia berharap penyelenggaraan haji pada 1447 H/2026 M dapat berlangsung lebih optimal dibandingkan tahun sebelumnya.

“Harapan utama kami tentu pelaksanaan haji ke depan harus lebih baik. Dengan pelatihan ini, kami bersinergi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan pelayanan maksimal yang dibekali attitude, skill, dan knowledge, sehingga petugas mampu menghadirkan pelayanan dengan senyum, salam, dan sapa atau 3S,” tuturnya.

Sementara itu, Direktur Bina Petugas Haji Reguler, Chandra Sulistio Reksoprodjo, menegaskan bahwa kesiapan fisik menjadi salah satu fokus utama dalam Diklat PPIH tahun ini. “Selain mampu menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang, petugas haji harus memiliki kesiapan fisik yang memadai. Tanpa fisik yang kuat, petugas akan kesulitan menghadapi berbagai persoalan di lapangan,” ujar Chandra.

Ia menambahkan, selain aspek fisik, pelatihan juga memperkuat penguasaan pengetahuan, kesiapsiagaan, serta mitigasi risiko yang mungkin muncul selama operasional haji. Namun yang paling kami tekankan adalah bahwa tugas utama petugas haji adalah melayani jemaah.

Menurut Chandra, disiplin yang dibangun dalam diklat ini diarahkan sepenuhnya pada orientasi pelayanan. “Disiplin di sini adalah disiplin untuk melayani jemaah haji. Petugas harus benar-benar memahami dan mengingat tujuan utama mereka bertugas pada musim haji 1447 H/2026 M, yaitu memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah,” ujarnya.

Editorial Team