SHARIA

Indonesia Peringkat 2 dalam Keuangan Syariah, di Bawah Malaysia

Laporan tersebut dirilis oleh Refinitiv.

Indonesia Peringkat 2 dalam Keuangan Syariah, di Bawah MalaysiaIlustrasi Islamic Economy. (ShutterStock/imrankadir)

by Tanayastri Dini Isna KH

18 November 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Keuangan syariah memiliki prospek cerah, berpeluang mencapai US$4,94 triliun pada 2025. Demikian menurut Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2021 dari Refinitiv.

Laporan itu juga membahas tren baru pada 2021, termasuk ekspansi industri teknologi finansial (tekfin) dan bank digital. Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab memimpin fenomena tersebut.

Tahun lalu, aset keuangan syariah global meningkat 14 persen menjadi US$3.374 triliun. Sektor terbesar kedua di keuangan Islam, sukuk, juga bertumbuh 16 persen berkat Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dan negara-negara di Asia Tenggara.

Tak heran, sebab skor IFDI 2021 Indonesia dan Malaysia sendiri lebih tinggi ketimbang negara-negara Islami lain seperti Saudi Arabia, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan sebagainya.

Indonesia Tetap Berada di Peringkat Atas

Berdasar skor rata-rata IFDI pada 2021, Indonesia masih berada di posisi atas dalam daftar pasar keuangan syariah global dengan nilai 76. Akan tetapi, Malaysia masih lebih unggul karena memuncaki lis tersebut dengan skor 114.

Sebagai informasi, IFDI mengolah statistik dari 135 negara di seluruh dunia. Laporan itu berfungsi sebagai barometer industri keuangan syariah internasional.

Sejumlah unsur yang memengaruhi penilaian itu, yakni: pengembangan kuantitatif, pengetahuan, pemerintahan (governance), kesadaran (awareness), dan CSR. Indonesia dapat bersaing dengan Malaysia pada aspek pengetahuan dan CSR.

“Kami akan terus mengembangkan industri keuangan syariah sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” kata Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Indonesia, Ventje Rahardjo.

Namun, Indonesia hanya memiliki aset keuangan syariah senilai US$119 miliar; masih tertinggal jauh dari Malaysia yang memiliki US$620 miliar.

ESG di Industri Keuangan Syariah

“Industri keuangan Islam terus menarik pemain baru, mengembangkan produk dan layanannya untuk berpartisipasi lebih aktif menuju pencapaian tujuan iklim dunia,” ujar Head of Islamic Finance Refinitiv, Mustafa Adil dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (18/11).

Untuk itu, keuangan syariah akan berfokus pada keberlanjutan dan ESG (environment, social and governance). Indonesia, Malaysia, dan Arab Saudi akan memainkan peran penting karena menggunakan sukuk demi membiayai proyek sosial dan ramah lingkungan.

Selain itu, Mustafa juga mengharapkan adanya pertumbuhan pemanfaatan teknologi seperti perbankan digital dan tekfin syariah di Pakistan dan Asia Tengah.