BUSINESS

Kasus Omicron Melonjak, Apple Tutup Sejumlah Gerai di AS

Omicron sudah menjadi kasus yang dominan.

Kasus Omicron Melonjak, Apple Tutup Sejumlah Gerai di ASApple. (ShutterStock/emka74)

by Bayu Pratomo Herjuno Satito

28 December 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE –  Lonjakan kasus varian baru Covid-19 Omicron terjadi di sejumlah negara, salah satunya Amerika Serikat. Alhasil, aktiviitas libur akhir tahun pun terganggu seiring berbagai penutupan dan pembatasan aktivitas masyarakat yang juga ikut berimbas ke sektor bisnis. Salah satu perusahaan yang ikut terdampak ialah Apple Inc.

Melansir Al Jazeera (28/12), Apple Inc dikabarkan menutup 12 tokonya di New York City (NYC) akibat lonjakan kasus Omicron di seluruh penjuru Negeri Paman Sam. Meskipun beberapa gerai tutup, para pelanggan tetap dapat memesan secara online. Pelanggan juga masih dapat mengambil barang yang sudah dibeli secara offline di toko terkait, termasuk outlet di Fifth Avenue, Grand Central dan SoHo.

“Kami secara teratur memantau kondisi, kami akan menyesuaikan langkah-langkah kesehatan dan layanan toko untuk mendukung kesejahteraan pelanggan dan karyawan,” kata Apple Inc dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Al Jazeera.

Penutupan tidak hanya di New York

Apple Inc pada awal bulan ini juga diketahui telah menutup sementara sejumlah gerainya di AS dan Kanada karena alasan yang serupa. Alhasil, perusahaan besutan Steve Jobs ini pun meminta semua pelanggan dan karyawannya untuk menerapkan protokol kesehatan dan selalu mengenakan masker di semua gerai. 

Deretan gerai Apple Inc yang mengalami penutupan sementara antara lain toko Perpustakaan Carnegie di Washington DC, serta beberapa toko di Ohio, Texas, Georgia, dan Florida. Toko Regent Street di London pun tak luput dari penutupan sementara. Hingga kini, Apple Inc belum dapat memastikan kapan toko-tokonya di NYC akan kembali dibuka.

Penyesuaian regulasi saat Omicron kian merebak

Kasus Covid telah melonjak ke level tertinggi sepanjang masa di New York, dengan puluhan ribu kasus baru setiap hari. Bahkan, Omicron kini dapat dikategorikan sebagai strain dominan di AS. Hal ini terjadi seiring meningkatnya kekhawatiran atas varian Omicron telah mendorong perusahaan besar untuk memperketat protokol kesehatan. 

Pengadilan AS awal bulan ini memerintahkan pemulihan mandat Covid-19 vaksin atau pengujian nasional untuk bisnis besar, yang mencakup 80 juta pekerja Amerika. Penentang langkah tersebut telah bergegas ke Mahkamah Agung untuk membatalkan pemulihan tersebut.

Sementara, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), merekomendasikan pemotongan isolasi untuk kasus tanpa gejala, dari 10 menjadi 5 hari. Hal ini ditujukan agar orang dapat kembali bekerja lebih cepat dan meminimalkan prospek kekurangan tenaga kerja massal di bagian-bagian penting sektor ekonomi.