Sambut 17 Agustus, Sudestada Kolaborasikan Kuliner Indonesia-Argentina
Terinspirasi perjalanan kuliner ke Sulawesi Tengah.
Jakarta, FORTUNE – Merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke-78, Sudestada–restoran dengan sajian khas Argentina–menghadirkan menu unik perpaduan citarasa Argentina dengan kekayaan rasa kuliner Indonesia, mulai 16-31 Agustus 2023.
Executive chef Sudestada, Victor Taborda, mengatakan bahwa program kolaborasinya dengan executive chef Cork & Screw, Fernando Sindu, bertajuk ‘It Takes Two Tango’. “Bagi saya, kesempatan kolaborasi sangat menarik, untuk memadukan hidangan khas Argentina dengan citarasa yang kaya dari Indonesia. Apalagi, ada cerita di balik rasa-rasa menu kolaborasi yang didapatkan melalui sebuah perjalanan unik,” kata Victor, di Sudestada, Rabu (16/8).
Beberapa menu yang ditawarkan, antara lain Biromaru Chicken, Grilled Striploin, Salad Nusantara, dan Nasi Minyak. Selain itu, khusus untuk hari pertama program ini, Sudestada juga menghadirkan menu Kambing Guling Platter dan Kambing Guling Tacos, yang dipanggang dengan cara otentik Argentina di area ‘Asado’.
Perjalanan
Kolaborator program, yang juga chef asli dari Indonesia, Fernando Sindu menceritakan bahwa sejumlah menu yang ditawarkan dalam program ini memiliki citarasa otentik dari berbagai belahan daerah di Indonesia, khususnya Sigi, Palu, Sulawesi Tengah.
“Salah satu menu yang saya bawa dari sana adalah ayam Biromaru. Saya dibawa ke restoran ayam Biromaru yang pertama, saya diajarkan bagaimana membuatnya … lucu juga, ternyata ada makanan Indonesia yang bergaya seperti Chipotle Chicken,” kata Fernando kepada Fortune Indonesia.
Menu ini kemudian ia terapkan dalam kolaborasi bersama Chef Victor yang dikenal dengan menu-menu tradisional Argentina. Selain itu, ada saus khusus khas masyarakat di pedesaan Hutan Lindu Sulawesi Tengah, yang khusus dipesan dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk dibawa ke Jakarta.
Kecap unik
Fernando menceritakan satu kisah menarik dari perjalanannya, berupa kecap unik berbahan dasar kemiri dan gula merah, tanpa kedelai sama sekali. “Kecap ini lahir pada saat Sulawesi Tengah dilanda gempa–tahun 2018–saat bahan-bahan pembuat kecap sulit didapatkan. Yang membuat bisa tetap diproduksi adalah kemiri dan gula merah, kemudian digabungkan jadi lebih kental, menggantikan peran kacang kedelai,” ujarnya.
Kecap tersebut memiliki rasa manis yang unik dan menginspirasi Fernando untuk memesannya dalam jumlah banyak, untuk selanjutnya diterapkan dalam berbagai makanan yang ia buat, di Jakarta. Menurutnya, hal ini juga membantu UMKM lokal di Sulawesi Tengah untuk bisa terus memproduksi kecap unik ini secara berkelanjutan.