Biografi Robert Budi Hartono dan Kisah Perjalanan Usahanya

- Robert Budi Hartono, pemilik Djarum Group dan pemegang saham PT Bank Central Asia, merupakan salah satu pengusaha sukses di Indonesia.
- Djarum Group mengalami tantangan dan transformasi, termasuk krisis besar pada tahun 1963 dan ekspansi ke pasar internasional pada tahun 1972.
- Selain industri rokok dan perbankan, Robert Budi Hartono juga melakukan diversifikasi bisnis ke sektor teknologi, e-commerce, properti, dan perkebunan.
Jakarta, FORTUNE - Indonesia pengusaha sukses di balik suksesi sejumlah korporasi besar. Di tangan dingin mereka, bisnis perusahaan mampu ekspansi tak hanya di dalam negeri, tapi juga luar negeri. Salah satu nama yang paling menonjol dalam daftar orang terkaya di Indonesia adalah Robert Budi Hartono.
Sebagai pemilik Djarum Group dan pemegang saham terbesar di PT Bank Central Asia (BCA), Robert Budi Hartono telah membangun kerajaan bisnis yang kuat dan terus berkembang.
Awal Kehidupan dan Latar Belakang Keluarga
Robert Budi Hartono, yang memiliki nama asli Oei Hwie Tjhong, lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1941. Ia berasal dari keluarga keturunan Tionghoa yang telah lama berkecimpung dalam industri rokok kretek.
Ayahnya, Oei Wie Gwan, merupakan pendiri Djarum, sebuah perusahaan rokok yang kini menjadi salah satu produsen terbesar di Indonesia. Sejak kecil, ia dan saudaranya, Michael Bambang Hartono, telah diperkenalkan dengan dunia bisnis oleh sang ayah.
Djarum awalnya bernama NV Murup, sebuah perusahaan kecil yang hampir bangkrut sebelum dibeli oleh Oei Wie Gwan pada tahun 1951. Setelah mengalami perubahan besar dalam pengelolaan dan operasional, perusahaan ini berkembang menjadi Djarum, yang mulai bergerak di industri tembakau dan cengkeh.
Tantangan dan Transformasi Djarum
Pada 1963, Djarum mengalami krisis besar akibat kebakaran hebat yang menghancurkan sebagian besar pabriknya. Namun, berkat kepemimpinan Robert Budi Hartono dan saudaranya, perusahaan mampu bangkit kembali dan bahkan melakukan ekspansi ke pasar internasional pada tahun 1972.
Di bawah kepemimpinannya, Djarum terus berinovasi dalam produksi rokok. Pada tahun 1975, perusahaan meluncurkan produk rokok filter pertamanya, Djarum Filter. Enam tahun kemudian, mereka memperkenalkan Djarum Super, yang kemudian menjadi salah satu produk unggulan dan bertahan sebagai merek ternama hingga kini.
Robert Budi Hartono juga melakukan modernisasi dalam sistem produksi dengan menggunakan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk. Strategi pemasaran yang agresif serta fokus pada kualitas menjadikan Djarum salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia dan dikenal secara global, termasuk di pasar Amerika Serikat dan Eropa.
Ekspansi ke Dunia Perbankan
Keberhasilan di industri rokok tidak menghentikan Robert Budi Hartono untuk merambah bisnis lain. Ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, banyak perusahaan mengalami kesulitan finansial, termasuk Bank Central Asia (BCA). Dalam kondisi tersebut, keluarga Hartono melihat peluang dan memutuskan untuk mengakuisisi BCA.
Akuisisi tersebut terbukti menjadi langkah strategis yang sangat menguntungkan. Dengan kepemimpinan dan strategi yang tepat, BCA berkembang menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia.
Fokus utama bank ini adalah inovasi dalam layanan perbankan berbasis teknologi, sehingga menjadikannya pilihan utama masyarakat. Keberhasilan ini membawa BCA ke tingkat stabilitas dan profitabilitas yang tinggi, memberikan keuntungan besar bagi pemegang sahamnya.
Diversifikasi Bisnis
Selain industri rokok dan perbankan, Robert Budi Hartono juga melakukan diversifikasi bisnis ke berbagai sektor lain. Salah satu sektor yang digarapnya adalah teknologi.
Melalui Djarum Group, ia berinvestasi dalam berbagai perusahaan berbasis teknologi dan e-commerce, termasuk Blibli.com, salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia. Investasi ini menunjukkan visi strategisnya dalam mengikuti perkembangan zaman dan memanfaatkan potensi digital.
Di sektor properti, keluarga Hartono memiliki berbagai aset bernilai tinggi, termasuk pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran di kota-kota besar di Indonesia. Mereka juga melakukan ekspansi bisnis ke bidang perkebunan, khususnya kelapa sawit, yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama bagi grup bisnisnya.