Jakarta, FORTUNE - Puluhan juta pengguna media sosial secara serempak membagikan gambar dan tagar "All Eyes On Rafah" pada 28 Mei 2024.
Seruan ini disebarkan secara luas sebagai bentuk dukungan dan solidaritas dari masyarakat dunia kepada warga Palestina di Rafah. "All Eyes On Rafah" bukan hanya sekedar gambar atau kalimat, melainkan panggilan untuk menarik perhatian banyak orang ke Rafah. Ini merupakan gerakan kemanusiaan terhadap peristiwa yang terjadi di Gaza Selatan.
Kampanye “Eyes on Rafah” ini juga diikuti dengan gerakan boikot terhadap produk-produk yang disinyalir terafiliasi Israel. Melihat kampanye yang berpotensi memberikan dampak besar bagi pasar Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di e-commerce. Compas.co.id memonitor keadaan pasar saat kampanye tersebut viral, pada 19 Mei - 15 Juni 2024 di platform Shopee dan Tokopedia.
Pada periode ini Compas.co.id menemukan total jumlah produk terjual (sales quantity) dari 206 brand yang disinyalir terafiliasi Israel turun 3 persen dibanding 2 minggu sebelumnya, dari 6.884.802 jumlah produk terjual ke 6.673.745 produk. Dilihat lebih detail, penurunan lebih terasa dari tanggal 1 - 7 Juni 2024, dimana sektor FMCG di e-commerce turun 7 persen persen dari 2.407.460 ke 2.223.273 produk.
"Penurunan jumlah produk terjual ini sejatinya memang dikarenakan brand-brand yang terdampak dari aksi boikot pascaviralnya “Eyes on Rafah”, kata Co-founder & CEO Compas.co.id, Hanindia Narendrata.
Berdasarkan data dashboard Compas.co.id, pada periode 2 - 15 Juni 2024 dari 37 kategori produk ibu dan bayi yang masuk list boikot yang mengacu daftar BDnaash.com, 92 persen di antaranya mengalami penurunan penjualan, sementara pada brand kesehatan dari 29 brand yang masuk ke list, 74 peersen di antaranya turun dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya.
Begitu pula pada kategori makanan dan minuman, di mana 74 persen dari 75 brand yang diboikot jumlah produk terjualnya turun, sementara 85 brand di kategori perawatan dan kecantikan, 62 persen di antaranya turun.
Riset ini juga menemukan bahwa konsumen yang mengikuti aksi boikot cenderung mengganti produk dengan brand lain yang tidak terafiliasi Israel, dan lebih memilih brand lokal sebagai substitusi produk.