BUSINESS

Digitalisasi, Mesin Baru Pendongkrak Perekonomian Bali

Bali menjadi hub digital dan memperkuat multisektor.

Digitalisasi, Mesin Baru Pendongkrak Perekonomian BaliIlustrasi Bali. Shutterstock/Guitar photographer
15 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Bali, FORTUNE - Terkenal dengan sebutan “Pulau Surga”, Bali telah mengandalkan pariwisata untuk mendukung ekonominya selama beberapa dekade. Sektor perjalanan dan pariwisata telah menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Bali. 

Namun, Bali menjadi provinsi yang paling terpukul, dengan penurunan ekonomi 9,31 persen pada tahun 2020 karena jumlah wisatawan yang menurun drastis. Pandemi telah membawa pelajaran tak ternilai bagi provinsi berpenduduk 4,3 juta jiwa itu.

Mengutip Peta Jalan Ekonomi Kerthi Bali Menuju Bali Era Baru: Hijau, Tangguh, dan Sejahtera, sektor pariwisata telah memberikan kontribusi 61 persen terhadap PDB Bali sebelum pandemi. Selama kondisi pre-Covid-19, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 5,3 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional, didorong oleh kegiatan ekonomi di industri pariwisata.

Berkaca dari 'mati suri' kala pandemi, Bali tak hanya bergantung pada satu sektor saja, tetapi mendiversifikasi dan memperkuat multisektor. Digitalisasi menjadi mesin baru bagi Bali untuk membangkitkan semua kekuatan ekonomi yang ada.

Gubernur Bali I Wayan Koster menjelaskan, bahwa teknologi digital akan memainkan peran kunci dalam mempercepat dan meningkatkan nilai tambah dan saling terkait antarsektor lainnya. 

Sektor pariwisata, kata dia, sangat rentan karena pandemi berada di luar kendali kita. Beberapa faktor eksternal lainnya dapat mempengaruhi sektor pariwisata, seperti erupsi gunung berapi, ancaman terorisme, atau kebijakan perjalanan dari negara lain. 

“Untuk diversifikasi dan peningkatan nilai tambah di sektor lain, kami menempatkan teknologi digital sebagai enabler, penyedia solusi baru dan penggerak untuk membawa arah baru bagi pembangunan Bali,” kata Koster, saat berbincang dengan Operating Partner East Ventures, David Fernando Audy, mengutip keterangan resmi, Kamis (15/9).

Dalam East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022 yang memetakan daya saing digital di 34 provinsi, dan kota/kabupaten di Indonesia, Bali menempati peringkat keenam setelah Banten dan Jawa Timur. Pengukuran tersebut didasarkan pada elemen kesiapan infrastruktur digital, sumber daya manusia, kegiatan ekonomi digital, dan kebijakan pemerintah daerah. Pada tahun 2021, Bali menduduki peringkat keempat setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Peningkatan pilar digital Bali

Pilar daya saing digital Bali/Dok. EV DCI 2022

Meskipun industri pariwisata belum pulih pada tahun 2021, laporan EV-DCI menemukan bahwa beberapa pilar menunjukkan peningkatan, terutama didorong oleh beberapa inisiasi dari pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.

Misalnya, EV-DCI 2022 menyoroti pilar Kewirausahaan dan Produktivitas yang melonjak signifikan dari 39,4 poin pada 2021 menjadi 54,3 poin pada 2022. Hal ini sejalan dengan orientasi UMKM untuk berjualan online melalui kanal digital, termasuk platform marketplace seperti Tokopedia, Gojek, dan Grab. Digital juga menawarkan lebih banyak peluang bagi pekerja kreatif melalui NFT dan seni penjualan online.

Peningkatan lainnya adalah pilar Pembangunan Infrastruktur TIK. Pilar yang mencakup indikator telko dan kelistrikan ini merupakan skor tertinggi kedua secara nasional, yaitu naik 3,2 poin menjadi 85,6. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendistribusikan akses internet secara merata di seluruh provinsi. Sekitar 1.834 titik akses Wifi gratis mencakup 1.370 desa adat, 107 Puskesmas, 204 objek wisata, dan 153 SMA. Pemerintah juga membangun taman teknologi dan menara digital yang diberi nama Taman Teknologi Turyapada Tower Komunikasi Bali Smart (KBS) 6.0 Kerti Bali untuk menyalurkan TV digital dan sinyal internet di Bali, khususnya untuk daerah yang masih blank spot.

Meski demikian, EV-DCI 2022 menemukan ada penurunan pada beberapa pilar dari tahun sebelumnya. Perubahan terbesar terdapat pada sub-indeks Input yang mengalami penurunan sebesar -8.6 dibandingkan tahun sebelumnya, dimana seluruh pilar Input (Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan ICT, dan Belanja ICT) mengalami penurunan.

Beberapa pilar di sub-indeks Output dan sub-indeks Pendukung juga mengalami penurunan, seperti pilar Ekonomi, Keuangan, dan Regulasi & Kapasitas Pemerintah Daerah. Salah satu faktor penyebab penurunan tersebut adalah pilar Penggunaan ICT. Selama pandemi, persentase pekerja yang menggunakan internet untuk bekerja menurun drastis. Penerapan Kerja Di Rumah (WFH), dan menurunnya sektor pariwisata Bali sebagai sumber pendapatan utama, turut mengakibatkan menurunnya pilar-pilar tersebut.

Membuka sektor potensial lainnya

description
Sasaran jangka panjang Bali 2045

Related Topics