BUSINESS

Butuh Berkali-kali Lipat Ekspor CPO Untuk Dongkrak Harga TBS

Semakin rendah harga TBS, peningkatan ekspor harus besar.

Butuh Berkali-kali Lipat Ekspor CPO Untuk Dongkrak Harga TBSPekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bram Itam, Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa (15/3/2022). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/tom.
by
01 August 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Ketua Tim Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI, Eugenia Mardanugraha, mengatakan untuk mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) petani sawit, diperlukan peningkatan ekspor CPO dalam jumlah yang besar.

Dari penelitiannya, setiap peningkatan ekspor CPO 1 persen dapat mendongkrak harga TBS hingga 0,33 persen. Karena itu, dapat disimpulkan volume ekspor yang dibutuhkan akan sangat besar.

“Besaran ekspor yang diperlukan untuk meningkatkan harga TBS dari Rp861 per kilogram (asumsi harga petani swadaya per 9 Juli 2022) menjadi Rp2.250 per kilogram, butuh peningkatan ekspor sebesar 1.740 persen atau 17 kali lipat,” kata Eugenia pada diskusi bertajuk Dampak Kebijakan Pengendalian Harga Goreng Bagi Petani Swadaya, Senin (1/8).

Eugenia menyatakan peningkatan ekspor yang besar tersebut dapat ditekan apabila harga TBS petani tidak jatuh terlalu dalam. Hasil penelitiannya menyimulasikan, dari asumsi harga TBS petani plasma yang sebesar Rp1.261 per kilogram untuk naik menjadi Rp2.250 per kilogram, maka peningkatan ekspor yang diperlukan hanya 479 persen atau 4 kali lipatnya saja.

Membutuhkan waktu

Menurutnya, peningkatan ekspor tersebut lebih memungkinkan sebab Indonesia pernah mencapai peningkatan ekspor CPO 211 persen. Memang butuh waktu tujuh tahun, yakni pada April 2014 ekspor CPO Indonesia mencapai 1,37 juta ton menjadi 4,27 juta ton pada Agustus 2021.

“Kalau kita memulai dari harga awal TBS Rp1.380 per kilogram, maka dengan meningkatkan ekspor 200 persen atau sekitar 2 kali lipat kita bisa mencapai harga TBS yang sesuai dengan harapan petani,” ujarnya.

Dia menjelaskan ada sejumlah persoalan yang menghambat, salah satunya adalah disparitas harga antara TBS petani swadaya dengan petani plasma. Semakin rendah harga TBS petani swadaya, maka peningkatan ekspor yang dibutuhkan juga semakin besar.

“Untuk mencapai harga yang diharapkan petani sawit, harus diupayakan agar harga awal TBS sebesar Rp1.380 per kilogram. Antara lain dengan memperkecil disparitas harga TBS petani swadaya dan plasma, yang saat ini sekitar Rp400 per kilogram,” ujarnya.

Dampak kebijakan kepada harga TBS

Ilustrasi minyak goreng curah. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Related Topics