Jakarta, FORTUNE - Volume investasi real estat di Asia Pasifik diperkirakan turun 5-10 persen tahun depan, melanjutkan penurunan sebesar 25 persen secara tahunan pada 2022. Laporan terbaru konsultan real estat global JLL menunjukkan, penurunan ini disebabkan oleh kondisi ekonomi dan keuangan yang bergejolak sehingga mempengaruhi sentimen pasar.
Tren sebaliknya terjadi di industri perhotelan. Aliran investasi ke aset perhotelan diperkirakan meningkat 6 persen pada 2023, melanjutkan kenaikan sebesar 10-15 persen pada 2022 seiring pelonggaran pembatasan dan optimisme ekspektasi pandemi akan segera berakhir.
Meski demikian, pasar akan tetap berhati-hatian di tengah kekhawatiran tentang inflasi, suku bunga, dan geopolitik.
"Meskipun kawasan Asia Pasifik cenderung lebih baik karena permintaan domestik yang lebih kuat, kawasan ini tidak akan luput dari tantangan yang lebih luas. Akibatnya, akan ada peningkatan tekanan kepada pembuat kebijakan untuk berhati-hati dalam menyeimbangkan langkah-langkah dukungan saat ketidakpastian terus berlanjut,” kata Chief Research Officer, Asia Pacific JLL, Roddy Allan dalam keterangan tertulis, Rabu (18/12).
Meskipun kegiatan investasi melambat, JLL memperkirakan investor akan lebih banyak melirik sektor-sektor yang memiliki potensi struktural dan keuntungan yang lebih tinggi semisal pusat data, logistik, dan sejumlah proyek greenfield terjadwal di pasar negara berkembang, termasuk India dan Asia Tenggara.
Menurut JLL, Jepang akan dipandang sebagai tujuan investasi paling menarik, didukung pelemahan Yen ditambah dengan suku bunga yang rendah. Sementara Singapura yang kerap dipandang sebagai negara dan tempat berlindung yang aman dan fundamental properti yang sehat akan terus menarik investasi. Sistem kerja Australia yang sangat transparan serta karakteristik beta yang rendah dapat menarik para investor inti.