Lakukan Restrukturisasi, Starbucks Tutup Ratusan Gerai & PHK Massal

- Starbucks melakukan restrukturisasi dengan menutup 1% gerai di Amerika Utara dan PHK bagi 900 staf non-ritel senilai US$1 miliar.
- Penutupan gerai ditargetkan untuk yang memiliki kinerja lemah, menyusul penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut di pasar domestik.
- Perusahaan juga bertransformasi dengan pemangkasan menu hingga 30%, penambahan opsi baru, renovasi gerai, dan inisiatif Green Apron Service senilai lebih dari US$500 juta.
Jakarta, FORTUNE - Peritel minuman kopi global, Starbucks Corpration akan menutup sejumlah gerainya sebagai bagian dari strategi restrukturisasi perusahaan. Adapun, restukturisasi senilai US$1 miliar atau sekitar Rp16,7 triliun itu mencakup penutupan atas satu persen gerai di Amerika Utara hingga pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi 900 staf non-ritel.
Kepala Eksekutif Starbucks, Brian Niccol, mengatakan langkah ini dilakukan untuk mengatasi penurunan penjualan serta memperbaiki kinerja finasial perusahaan. Penutupan ini pun ditargetkan hanya untuk gerai yang memiliki prospek kinerja lemah.
"Kami menyadari ini merupakan langkah besar yang akan berpengaruh pada mitra maupun pelanggan," katanya, dikutip dari laporan BBC News, Jumat (26/9).
Langkah ini dilakukan menyusul pemangkasan sekitar 1.100 posisi kerja serta penyederhanaan menu di pasar Amerika Serikat yang mengalami pelemahan tren penjualan domestik.
Diketahui, Starbucks menghadapi sejumlah tantangan bisnis. Pada Juli lalu, Starbucks melaporkan penurunan penjualan untuk kuartal keenam berturut-turut di gerai yang telah beroperasi setidaknya setahun di pasar domestik sebagai pasar terbesar sekaligus paling krusial bagi perusahaan. Sepanjang tahun ini, harga saham Starbucks tercatat telah merosot lebih dari 8 persen.
Untuk mendukung strategi ini, laporan IDN Times mengabarkan bahwa Starbuck menyiapkan dana mencapai US$150 juta untuk kompensasi karyawan, dan US$850 juta untuk penutupan dan penghentian sewa gerai. Dari seluruh dana ini, sekitar 90 persen akan difokuskan pada Amerika Utara.
Sejalan dengan efisiensi, Starbucks juga akan melakukan transformasi bisnis agar tetap relevan dengan tren konsumen, seperti dengan pemangkasan menu hingga 30 persen, namun ditambah opsi baru seperti topping protein dan air kelapa, serta menghidupkan kembali stasiun gula dan susu swalayan. Perusahaan bahkan mengubah nama resmi menjadi Starbucks Coffee Company untuk memperkuat identitasnya.
Transformasi turut menyasar pengalaman pelanggan di gerai. Starbucks menargetkan renovasi lebih dari 1.000 kedai, meliputi kursi lebih nyaman, tambahan stopkontak, serta nuansa hangat untuk memperkuat konsep “tempat ketiga” di luar rumah dan kantor.
Untuk mendukung program layanan ini, perusahaan menyiapkan lebih dari US$500 juta (sekitar Rp8,3 triliun) melalui inisiatif Green Apron Service, yang difokuskan pada pengaturan jam kerja dan peningkatan kualitas pelayanan di gerai.