BI Ramal Ekonomi Global Melemah di Bawah 3% Akibat Tarif AS

- BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melemah hingga di bawah 3 persen pada 2025 akibat tarif resiprokal AS.
- Tarif AS meluas ke 70 negara, menurunkan volume perdagangan dan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Bank Indonesia berpotensi lebih rendah dari prakiraan.
- Perry memproyeksikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) masih akan turun 25 basis poin (bps) sebanyak dua kali di semester II 2025 dengan probabilitas yang semakin tinggi.
Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melemah hingga di bawah 3 persen pada 2025. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor, terutama akibat dampak implementasi tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).
Bank sentral menganggap pengenaan tarif resiprokal akan menurunkan kinerja ekspor dan volume perdagangan berbagai negara, termasuk terkait dengan isu transhipment. Sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi AS dan menekan potensi pertumbuhan ekonomi global lebih rendah dari prakiraan.
Deputi Gubernur BI, Aida S Budiman menjelaskan, akibat penerapan tarif resiprokal AS sejak 7 Agustus 2025, BI telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi sejumlah negara. Seperti ekonomi AS yang diprediksi hanya tumbuh 2 persen dari proyeksi semula di 2,1 persen. Sedangkan ekonomi India juga melemah menjadi 6,5 persen dari sebelumnya 6,6 persen.
“Semua ini membuat BI menilai pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 berpotensi lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, yakni sekitar di bawah 3 persen,” jelas Aida saat konferensi pers, di Jakarta, Rabu (20/8).
Tarif AS meluas ke 70 negara

Sementara itu, Gubernur BI, Perry Warjiyo juga menjelaskan bahwa tarif resiprokal AS semakin meluas dari awalnya 44 negara menjadi 70 negara. Bahkan, tarif sebagian negara seperti India dan Swiss lebih tinggi dari pengumuman semula.
“Secara keseluruhan, dampak dari (jalur) perdagangan, menurunnya volume perdagangan dan ada beberapa aspek mengenai transhipment, bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh Bank Indonesia akan berpotensi lebih rendah dari prakiraan,” kata Perry.
Perry menjelaskan, di Amerika Serikat memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah sejalan dengan melemahnya permintaan domestik. Meskipun demikian, dalam jangka pendek ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut dan perlu tetap diwaspadai guna menjaga ketahanan ekonomi domestik dari dampak rambatan global.
BI ramal Fed Rate turun dua kali di semester II-2025

Sementara itu, Perry juga memproyeksikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate (FFR) masih akan turun 25 basis poin (bps) sebanyak dua kali di semester II 2025 dengan probabilitas yang semakin tinggi. “Tekanan inflasi AS cenderung menurun mendorong semakin kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate ke depan,” kata Perry.
Seperti diketahui, saat ini level suku bunga dana The Fed masih berada di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen. Untuk itu, ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi global dan domestik yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.