BI Tambah Insentif Likuiditas 5,5% dari DPK Guna Genjot Kredit

- BI meningkatkan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) menjadi 5,5% dari DPK perbankan.
- Kebijakan bertujuan mendorong penurunan suku bunga kredit usai BI-Rate turun 150 basis poin sejak September 2024.
- Transmisi penurunan suku bunga bank masih lambat, namun BI berharap pertumbuhan kredit dapat melonjak 8-11% pada akhir 2025.
Jakarta, FORTUNE – Bank Indonesia (BI) meningkatkan kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) berbasis kinerja perbankan melalui insentif 5,5 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dari sebelumnya hanya 5 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan, tujuan dari kebijakan ini ialah untuk mendorong perbankan menurunkan suku bunga kredit usai BI-Rate turun 150 basis poin (bps) sejak September 2024. Dengan demikian, penyaluran kredit ke pasar juga diharapkan semakin meningkat.
“Kalau mau realisasi lebih besar, ya ditambah lebih gede insentifnya. Kalau realisasi lebih rendah dari rencana, ya lebih rendah. Itu untuk penyaluran kredit ke sektor-sektor prioritas,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, (22/10).
Kebijakan insentif KLM terdiri dari dua skema insentif utama. Pertama, insentif kepada bank atas komitmennya dalam menyalurkan kredit kepada sektor tertentu (lending channel). Kemudian, menetapkan suku bunga kredit yang sejalan dengan arah suku bunga kebijakan BI (interest rate channel).
Kedua, insentif KLM yang dapat diterima bank terdiri dari insentif lending channel yakni paling tinggi sebesar 5 persen dari DPK dan insentif interest rate channel yakni paling tinggi sebesar 0,5 persen dari DPK, sehingga total insentif yang diterima paling tinggi sebesar 5,5 persen dari DPK.
Transmisi penurunan bunga kredit & simpanan bank masih lambat

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Aida S. Budiman, menyampaikan, transmisi penurunan suku bunga bank baik kredit dan simpanan masih lambat. “Bunga di DPK itu baru turun, untuk tenor 1 bulan turun 29 basis point. Bayangkan, 150 basis point, baru turun 29 basis point. Di kredit apalagi, baru turun 15 basis point. Jadi inilah yang ingin dilakukan oleh Bank Indonesia,” kata Aida.
Aida berharap kebijakan insentif likuiditas dan penguatan kanal suku bunga dapat mempercepat pertumbuhan kredit yang ditargetkan dapat melonjak 8 hingga 11 persen pada akhir 2025.
Data BI mencatat, total insentif KLM hingga minggu pertama Oktober 2025 mencapai Rp393 triliun. Insentif ini disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp173,6 triliun, BUSN sebesar Rp174,4 triliun, BPD sebesar Rp39,1 triliun, dan KCBA sebesar Rp5,7 triliun.
Secara sektoral, insentif KLM disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, sektor real estate, perumahan rakyat, dan konstruksi, sektor transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, ultra mikro, dan hijau.