FINANCE

Potensi Neobank, Miliki Kapitalisasi Besar hingga Waspadai Risiko Baru

95% Transaksi Bank BUKU III dan IV sudah melalui digital

Potensi Neobank, Miliki Kapitalisasi Besar hingga Waspadai Risiko BaruShutterstock/Treecha
15 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Potensi Neobank di Indonesia dinilai masih sangat besar. Steering Committee Indonesia Fintech Society (IFSoc), Rudiantara menyatakan, digitalisasi layanan perbankan adalah keniscayaan dan saat ini bank konvensional sudah mulai beranjak ke model operasi secara digital. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sekitar 85 persen hingga 95 persen transaksi keuangan di bank BUKU III dan IV sudah dilakukan melalui layanan digital dan di luar kantor bank. 

"Digitalisasi ini juga terdorong oleh pandemi dimana terjadi perubahan perilaku masyarakat Indonesia yang mulai meninggalkan aktivitas kontak fisik," kata Rudiantara melalui keterangan resminya di Jakarta (15/10).

Meski diprediksi akan mempunyai kapitalisasi yang besar, neobank juga harus terus mewaspadai risiko baru yang muncul dalam persaingan digital perbankan. Sentimen positif dan negatif dari pasar menurutnya juga harus terus diwaspadai.

 

Potensi besar kapitalisasi neobank

Rudiantara juga menyoroti munculnya sentimen positif terhadap neobank yang terlihat dari besarnya nilai kapitalisasi neobank di dunia. Misalnya, market cap dari KakaoBank di Korea Selatan mencapai 33.16 triliun won atau setara dengan US$28,3 miliar dengan jumlah pengguna 25 persen dari populasi Korea Selatan. 

Di Indonesia, kapitalisasi dari Bank Jago telah mencapai Rp209 triliun, melewati nilai kapitalisasi beberapa bank kelas menengah di Indonesia. 

Selain itu, Ia juga memperlihatkan bagaimana fintech di Indonesia cukup unggul dalam investasi teknologi serta penciptaan produk yang inovatif dan hyper-personalization. Penggunaan teknologi AI dan machine learning dalam neobank dapat memberikan tambahan manfaat bagi konsumen, seperti kebutuhan pengaturan keuangan pribadi dan bahkan untuk perilaku hidup sehat. 

Tak semua neobank sukses kuasai pasar

Namun, Rudiantara juga mengingatkan bahwa tidak semua neobank di dunia mengalami keberhasilan dalam pasar. Di Australia, neobank bernama Xinja hanya bertahan 3 tahun dan mengembalikan lisensi perbankan pada 2021 setelah gagal mendapatkan modal tambahan. 

“Pelajaran yang bisa kita petik, Xinja tidak mampu bersaing dengan bank konvensional karena tidak memiliki program pengajuan pinjaman (lending) dan program yang fokus kepada UMKM. Pada intinya neobank juga harus dapat menghasilkan revenue dan efisiensi biaya,” tutur Rudiantara. 

Neobank lain yang juga kurang berhasil adalah N26 yang berasal dari Jerman. Meski mampu melakukan ekspansi di enam negara Eropa, AS, dan Brazil, N26 harus menutup operasinya di Inggris pada 2020. Pasalnya, lisensi yang dimiliki oleh N26 di Eropa tidak dapat digunakan di UK setelah Brexit. Neobank ini juga tidak dapat menarik banyak peminat di UK. Setelah dua tahun beroperasi, hanya ada 418.000 pengguna aktif bulanan. 

Related Topics