Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
©Rolex_Adam Warner ROLEX TESTIMONEE JENSON BUTTON RACING AT THE 24 HOURS OF LE MANS IN 2024.JPG
Dok. Rolex

Jakarta, FORTUNE - Di balik deru mesin dan detik-detik yang tak henti berdetak, ada sebuah perjalanan jiwa yang tak semua mata bisa menangkap. 24 Hours of Le Mans, ajang balap ketahanan paling legendaris di dunia. Bukan hanya soal siapa yang paling cepat melewati garis akhir, lebih dari itu, ini adalah panggung bagi kisah manusia—tentang ambisi, kelelahan, dan kemenangan yang kadang hadir diam-diam di balik helm berembun dan tangan gemetar.

Dalam dunia yang terus bergerak cepat, Rolex memilih untuk menempatkan waktu sebagai saksi, bukan hanya pengukur. Sejak tahun 2001, merek jam asal Swiss ini menjadi Mitra Utama Eksklusif dan Official Timepiece di ajang Le Mans—bukan semata untuk memantau waktu tempuh, tetapi untuk memberi makna pada setiap detiknya.

Bila Le Mans adalah legenda, maka Tom Kristensen adalah bagian dari mitologinya. Sembilan kali menang—enam di antaranya berturut-turut—ia tak hanya mencetak rekor, tapi menciptakan warisan. “Saya baru dikontrak empat hari sebelum balapan dimulai. Lalu saya pecahkan rekor lap dan menang,” ujar Kristensen, dalam siaran resmi (22/6). Kemenangan tersebut tak hanya mengejutkan dunia, tapi juga dirinya sendiri.

Sebagai penghormatan bagi pencapaian itu, ia membeli Rolex Daytona dan mengukirkan kenangan pada permukaannya—bukan hanya jam, tapi pengingat tentang keyakinan yang tak pernah goyah, bahkan di saat dunia belum percaya.

Kini, giliran Jamie Chadwick melangkah ke dalam arena, membawa mimpi dan semangat muda yang berderak kencang. Di Le Mans 2025, ia akan berlaga untuk pertama kalinya bersama IDEC Sport di kategori LMP2. “Tahun ini saya ingin belajar sebanyak mungkin,” ujarnya penuh semangat. Di belakangnya, bayang Kristensen menjadi cahaya penuntun. “Tom banyak memberi saya nasihat. Tak ada guru yang lebih baik darinya.”

Di sirkuit yang sama, Jenson Button, juara dunia F1 2009, juga akan kembali mencicipi Le Mans untuk keempat kalinya, menyatukan generasi lama dan baru di satu lintasan yang sama, Circuit de la Sarthe.

Le Mans, Sebring, dan Daytona: tiga permata dalam mahkota balap ketahanan. Bersama-sama, ketiganya membentuk Triple Crown of Endurance Racing, impian yang tak banyak bisa raih. Kristensen berhasil menaklukkan dua di antaranya—dan menyebutnya sebagai “simbol sejati dari kolaborasi, presisi, dan ketangguhan manusia.”

Kisah Rolex di dunia otomotif dimulai sejak Sir Malcolm Campbell mengenakan jam tangan Rolex saat memecahkan rekor kecepatan dunia di Daytona Beach pada 1930-an. Sejak itu, hubungan ini tumbuh menjadi jalinan nilai: keanggunan, dedikasi, dan keberanian.

Tak hanya di Le Mans, Rolex juga hadir di Pebble Beach Concours d’Elegance, Goodwood Revival, hingga Rolex Monterey Motorsports Reunion, menyatukan keindahan dan performa di atas roda.

Kini dunia kembali menyaksikan Le Mans 2025 pada 14–15 Juni. Detik-detik di arena menjadi berarti bukan hanya bagi para mobil dan mesin, tapi untuk manusia-manusia di balik kemudi yang ingin mengukir nama mereka dalam sejarah. Perjalanan para pebalap dan Rolex membentuk cerita panjang tentang dedikasi, inovasi, dan prestise di dunia balap ketahanan. Sorotan dunia akan terus tertuju pada 24 Hours of Le Mans, menunggu sejarah baru tercipta di ujung kemenangan.

Editorial Team