Harga Emas Melonjak Usai Seruan Trump Evakuasi Warga Taheran

- Harga emas naik 0,4 persen setelah seruan Trump untuk evakuasi warga Iran dari Teheran.
- Saham turun dan minyak naik akibat eskalasi konflik Israel-Iran, menyebabkan pasar bergerak volatil.
- Investor kembali ke aset aman seperti emas, obligasi pemerintah AS, dan dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya.
Jakarta, FORTUNE - Harga emas naik pada perdagangan awal di Asia setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan warga Iran keluar dari Teheran. Aksi ini langsung menuai respons pasar dan para investor hingga meningkatkan permintaan untuk aset berharga.
Dilansir dari Bloomberg, harga emas batangan naik sebanyak 0,4 persen hingga mencapai US$3.400 per ons, setelah sempat menurun 1,4 persen pada perdagangan kemarin, Senin (16/6), yang merupakan penurunan harian terbesar dalam sebulan.
Trump mengeluarkan seruan untuk mengosongkan Ibu Kota Iran dalam sebuah posting media sosial beberapa jam setelah ia mendesak para pemimpin Iran untuk menandatangani kesepakatan guna membatasi program nuklirnya.
Logam mulia ini naik hampir 4% minggu lalu setelah Israel melancarkan serangan militer terhadap program nuklir Iran. Serangan ini memicu kekhawatiran akan konflik besar di kawasan, dan memperkuat tren kenaikan harga yang sudah didorong oleh kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat kebijakan tarif agresif Trump. Saat ini, harga logam tersebut masih sekitar US$100 di bawah rekor tertingginya pada April lalu, namun terus menunjukkan tren kenaikan selama enam bulan berturut-turut — sesuatu yang belum pernah terjadi dalam lebih dari 20 tahun terakhir.
Harga emas spot naik 0,3 persen menjadi US$3.395,46 per ons pada pukul 07:37 pagi di Singapura. Indeks Bloomberg Dollar Spot stagnan. Perak naik, sementara platinum sedikit berubah dan paladium turun.
Saham turun, minyak melonjak
Eskalasi konflik Israel dan Iran juga menyebabkan kontrak berjangka saham AS melemah dan harga kenaikan minyak pada hari ini, terlebih setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan agar semua penduduk mengungsi dari Teheran. Konflik militer antara Israel dan Iran yang telah memasuki hari kelima ini memicu kekhawatiran akan meluasnya perang di kawasan Timur Tengah.
Situasi memanas, ketika Trump meminta Dewan Keamanan Nasional siaga di "situation room", menyusul keputusannya mempersingkat kunjungan ke pertemuan G7 di Kanada.
Kondisi ini memicu aksi jual aset berisiko di awal perdagangan Asia. Kontrak berjangka S&P 500 turun 0,46 persen diikuti kontrak berjangka saham Eropa anjlok 0,69 persen, sementara harga minyak sempat melonjak lebih dari 2 persen.
"Diduga kuat AS akan memulai aksi militer di Iran, dan pasar mulai menghindari risiko karena ini menambah ketidakpastian baru," kata Tony Sycamore, Analis Pasar dari IG, seperti dikutip dari Reuters.
Di Wall Street, bursa saham sebelumnya ditutup menguat pada Senin setelah sumber Reuters menyebutkan bahwa Iran tengah meminta gencatan senjata segera yang dimediasi Trump. Kabar itu juga sempat meredam lonjakan harga minyak.
Namun konflik udara antara Iran dan Israel terus memanas. Pada Senin, Israel menyerang lembaga penyiaran milik pemerintah Iran dan fasilitas pengayaan uranium, menjadikannya pertempuran terbesar antara kedua negara musuh lama tersebut.
Situasi yang makin tidak menentu di Timur Tengah membuat investor kembali ke aset aman seperti emas, yang naik 0,5 persen. Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga turun, dengan yield surat utang 10 tahun turun 2 basis poin menjadi 4,43 persen.
Dolar AS menguat terhadap euro, yen, dan pound sterling, karena kembali dianggap sebagai aset aman, meskipun pergerakannya masih terbatas.
Indeks saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik tipis, begitu juga dengan kontrak berjangka indeks Hang Seng di Hong Kong yang bergerak sedikit naik.
Di luar isu geopolitik, pelaku pasar pekan ini juga mencermati keputusan suku bunga dari sejumlah bank sentral. Bank of Japan (BoJ) dijadwalkan mengumumkan kebijakannya hari ini. Pasar memperkirakan suku bunga jangka pendek tetap di 0,5 persen, namun fokus utama adalah arah kebijakan pengetatan likuiditas ke depan.