Cabai di NTB Rp200 Ribu per Kg, Kementan: Akan Segera Stabil

- Kementan memastikan stok cabai di NTB bakal normal setelah harga tembus Rp200 ribu/kg pada Ramadan 2025.
- Pulihnya pasokan cabai di pasar diprediksi akan menstabilkan harga, disebabkan oleh faktor libur panen dan cuaca buruk.
- Penyebab melambungnya harga cabai adalah menurunnya produksi lokal, dengan luas panen yang turun 63,64 persen dalam satu bulan.
Jakarta, FORTUNE – Kementerian Pertanian memastikan stok cabai di Nusa Tenggara Barat (NTB) akan kembali normal. Hal ini setelah harga cabai rawit merah tembus sekitar Rp200 ribu per kilogram sejak awal Ramadan 2025 karena produksi lokal menurun akibat libur panen dan faktor cuaca.
Dengan pulihnya pasokan, pemerintah memperkirakan harga cabai rawit merah di pasaran secepatnya akan stabil. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan, Andi Muhammad Idil Fitri, menegaskan bahwa produksi cabai secara keseluruhan dalam kondisi aman.
Dia pun menyebut Kementan sudah berkoordinasi dengan para Champion Cabai untuk memastikan distribusi berjalan lancar.
“Kami sudah menugaskan Champion Cabai binaan untuk segera mendistribusikan pasokan ke pasar. Dengan langkah ini, pasokan akan kembali normal dan harga cabai melandai,” tutur Idil dalam keterangannya, Rabu (5/2).
Penyebab harga cabai di NTB tembus Rp200 ribu per kg

Sebelumnya, mengutip ANTARA, Rabu (5/3), Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB mengungkapkan bahwa penyebab harga cabai rawit merah menjadi Rp200 ribu per kg adalah menurunnya produksi lokal. Sebelum Ramadan 2025, harga cabai rawit masih sekitar Rp100 ribu per kg.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Taufieq Hidayat menjelaskan, luas panen cabai rawit di NTB pada Januari 2025 mencapai 2.169 hektare dengan angka produksi sebesar 34.824 kuintal. Pada Desember 2024, luas panen cabai rawit mencapai 2.293 hektare dengan jumlah produksi sebesar 95.777 kuintal.
Jumlah produksi cabai rawit yang menurun sebanyak 63,64 persen ini dalam waktu satu bulan membuat stok cabai di pasaran menipis, sedangkan permintaan konsumen cenderung naik khususnya selama Ramadhan 2025.
Selain libur panen, penyebab petani menunda panen cabai adalah faktor cuaca seperti hujan deras, sehingga sempat memengaruhi ketersediaan cabai di pasar.
Stok cabai kini sudah mulai normal

Namun, Idil memastikan bahwa kondisi ini hanya sementara dan kini pasokan telah kembali normal, terutama di beberapa sentra produksi.
“Di Magelang, harga lelang cabai rawit merah saat ini sudah turun ke Rp56 ribu per kg. Begitu juga di Jawa Timur, pasokan kembali stabil dan harga menunjukkan penurunan yang signifikan,” kata dia.
Sementara itu, Petani Champion Cabai Kabupaten Lombok Timur, Subhan, membenarkan bahwa pasokan cabai sempat berkurang karena adanya tradisi libur berladang di awal bulan suci Ramadan tahun ini.
“Hari pertama dan kedua bulan puasa, petani di Lombok umumnya tidak berladang, termasuk petani cabai. Akibatnya, pasokan menurun dan harga naik,” ujar Subhan.
Namun, dia memastikan para petani saat ini sudah kembali beraktivitas dan mulai memanen cabai, sehingga pasokan ke pasar berangsur normal.
“Insyaallah pasokan dan harga cabai akan kembali stabil. Saya bersama mitra binaan Champion Cabai sudah mendapat penugasan dari Direktorat Jenderal Hortikultura untuk menghadirkan cabai langsung dari petani di Lombok Tengah mulai Kamis (6/3), hingga harga kembali normal,” jelas Subhan.
Senada dengan Subhan, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Tengah, M Zaenal, menyampaikan bahwa pasokan cabai rawit merah di daerahnya mulai pulih. Dia memperkirakan harga cabai di tingkat konsumen yang saat ini berada di kisaran Rp80 ribu—90 ribu per kg akan segera turun dalam beberapa hari ke depan.