Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Fakta Beras Langka di Ritel Modern, Hasil Panic Buying?

Beras Langka di Ritel
Ilustrasi penjualan beras (unsplash.com/Nathan Cima)
Intinya sih...
  • Beras langka di retail bukan panic buying, melainkan akibat pasokan yang belum memadai.
  • Stok beras diperkirakan pulih dalam dua minggu dengan dukungan logistik yang lancar.
  • Kehati-hatian ritel dalam menjual beras premium berimbas pada keterbatasan stok premium di rak-rak ritel.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Kelangkaan beras di ritel modern masih menjadi sorotan hingga Senin (1/9). Pasalnya, sejumlah rak kosong terlihat di minimarket, supermarket, hingga hypermarket di berbagai wilayah. Fenomena tersebut memunculkan kekhawatiran publik, yang sempat dikaitkan dengan aksi demonstrasi dan dugaan panic buying.

Terlebih, beras adalah bahan pokok utama masyarakat Indonesia. Ketika stok menipis di pusat belanja modern, sentimen pasar langsung terpicu. Namun, menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), kelangkaan beras tidak ada hubungannya dengan panic buying, melainkan akibat pasokan yang memang belum pulih sepenuhnya.

Lantas, apa penyebab beras langka di ritel modern? Berikut rangkuman tujuh fakta penting yang perlu Anda ketahui.

1. Beras langka di retail bukan panic buying

Ketua Umum Aprindo, Solihin, menegaskan bahwa kepadatan pembeli di sejumlah ritel modern akhir-akhir ini bukanlah tanda panic buying. Ia menjelaskan bahwa kenaikan jumlah pembeli justru merupakan fenomena rutin pada akhir bulan, bertepatan dengan masa gajian.

Dengan kata lain, rak beras kosong bukan karena masyarakat berbondong-bondong menimbun, tetapi karena pasokan belum memadai.

2. Stok beras diperkirakan pulih dalam dua minggu

Meski saat ini rak beras tampak kosong, Solihin optimistis pasokan akan kembali normal dalam waktu dekat. Pemerintah melalui Bulog dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) sedang menggencarkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke berbagai gerai ritel modern.

Dengan dukungan logistik yang lancar, stok diperkirakan mulai pulih dalam satu hingga dua pekan mendatang. Pasokan bahan pokok lain, seperti gula, minyak goreng, dan tepung, juga dipastikan dalam kondisi aman.

3. Kehati-hatian ritel dalam menjual beras premium

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Iqbal Shoffan Shofwan, menyatakan bahwa pengusaha ritel saat ini sangat berhati-hati dalam menyalurkan beras premium. Langkah ini diambil setelah terungkap kasus beras oplosan yang menyeret 212 merek di pasaran.

“Mereka melihat dulu packaging beras premium ini sesuai gak dengan klaim di kemasan. Premium berapa kilo sesuai gak ukurannya, pecahannya seperti apa. Jangan sampai konsumen dirugikan,” jelas Iqbal.

Kehati-hatian ini, meskipun penting untuk menjaga kualitas, berimbas pada keterbatasan stok premium di rak-rak ritel.

4. Produsen enggan menambah stok karena faktor hukum

Di sisi lain, Satgas Pangan Polri juga menemukan faktor lain, yaitu produsen enggan menambah stok beras di ritel karena takut terjerat kasus hukum. Beberapa memilih menghabiskan stok lama tanpa mengisi ulang.

“Memang ada penurunan stok. Mereka tidak mengisi kembali karena takut ditangkap,” ungkap Ketua Satgas Pangan Polri, Helfi Assegaf.

Padahal, menurut Satgas Pangan, selama beras dipasarkan sesuai label dan standar mutu, tidak ada alasan untuk takut. Produsen yang taat aturan justru dilindungi hukum, baik menjual beras kemasan maupun curah.

5. Kendala koordinasi Bulog dan ritel

Selain faktor kehati-hatian, hambatan administratif juga memperlambat distribusi. Misalnya, belum semua ritel mengajukan pemesanan (purchase order/PO) kepada Bulog meski sudah ada kerja sama resmi. Ada pula kasus di mana pengelola ritel masih menunggu instruksi pusat sebelum memesan.

Proses yang berbelit ini membuat pengisian rak tidak bisa dilakukan secepat yang diharapkan. Akibatnya, konsumen hanya melihat rak kosong tanpa mengetahui bahwa stok sebenarnya masih ada di gudang atau jalur distribusi.

6. Pemerintah upayakan pasokan segera terisi

Meski menghadapi sejumlah kendala, pemerintah optimistis bahwa pasokan beras SPHP maupun komersial akan segera memenuhi ritel modern. Bulog bersama Bapanas terus memperluas distribusi agar masyarakat tidak kesulitan mendapatkan beras dengan harga terjangkau.

Dalam beberapa hari ke depan, stok diperkirakan mulai kembali terisi di berbagai gerai ritel. Konsumen diimbau untuk tetap tenang dan tidak melakukan pembelian berlebihan.

7. Dampak bagi pasar dan konsumen

Kelangkaan beras di ritel modern menimbulkan dua dampak utama. Pertama, konsumen terpaksa beralih ke pasar tradisional yang bisa meningkatkan permintaan dan berpotensi menekan harga naik. Kedua, bagi ritel modern, ketersediaan barang yang terbatas dapat memengaruhi citra sebagai penyedia kebutuhan pokok yang stabil.

Dari sisi makro, jika kelangkaan berlangsung lebih lama, risiko inflasi pangan meningkat. Bank Indonesia dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) umumnya memantau ketat harga beras, mengingat kontribusinya yang signifikan terhadap inflasi bulanan.

Namun, dengan distribusi SPHP yang diperkirakan lebih masif dalam beberapa hari mendatang, pemerintah optimistis pasokan beras segera normal kembali.

FAQ seputar stok beras di Indonesia

  1. Apa bedanya beras SPHP dengan beras premium?Beras SPHP adalah beras medium hasil penugasan pemerintah melalui Bulog untuk menjaga pasokan dan harga pangan. Harganya lebih terjangkau dan kini bisa dijual di ritel modern. Sementara itu, beras premium adalah produk komersial dengan kualitas dan harga lebih tinggi, yang distribusinya lebih terganggu karena faktor kehati-hatian ritel dan kasus oplosan.
  2. Mengapa kasus beras oplosan memengaruhi distribusi di ritel?Kasus oplosan yang menyeret lebih dari 200 merek premium membuat ritel berhati-hati agar tidak menjual produk yang salah label. Mereka perlu memastikan kesesuaian berat, kadar pecah, hingga klaim kualitas, untuk menghindari masalah hukum sekaligus melindungi konsumen.
  3. Bagaimana dampaknya terhadap harga beras di pasar tradisional?Ketika ritel modern kosong, sebagian konsumen beralih ke pasar tradisional. Jika permintaan melonjak tanpa pasokan tambahan, harga di pasar tradisional bisa naik. Namun, pemerintah berharap distribusi SPHP yang lebih luas dapat menahan gejolak harga.
  4. Apakah kelangkaan beras bisa memicu inflasi?Potensinya ada. Beras merupakan komoditas strategis dengan bobot besar dalam perhitungan inflasi. Jika pasokan terganggu lebih lama, tekanan inflasi pangan bisa meningkat. Namun, dengan langkah pemerintah mempercepat distribusi SPHP, dampak ini diharapkan minimal.
  5. Apa langkah jangka pendek pemerintah untuk mengatasi kelangkaan?Pemerintah melalui Bulog menambah distribusi beras SPHP ke ritel modern. Sebelumnya SPHP hanya dijual di titik tertentu, kini diperluas ke ratusan gerai anggota Aprindo di seluruh Indonesia.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yunisda DS
EditorYunisda DS
Follow Us